Sebuah Percakapan


U:
"Malam ini aku melihat langit, tak ada bintang di sana, tapi terlihat sedikit bercahaya, aneh.
Aku merindukan seseorang di sana.
Seseorang yang tak pernah bersua bahkan menyapa.
Haha, aku hanya tersenyum kecut.
Kemudian kubalikkan badan dan menghilang dari tatapan langit malam."
"Malam ini aku tak melihat bulan, karena dia terlalu malu untuk menunjukkan kerinduannya."

A:
"Tak kau lihat bintang, tak berarti mereka menghilang.
Tak kau temui bulan, bukan berarti ia tak lagi ada.
Kau percaya Tuhan menjagamu walau tak pernah bertemu.
Lantas mengapa hatimu hampa, saat hanya gelapnya langit malam yang kau jumpa?
Usah gelisah ketika langit tak bertabur cahaya bintang, ataupun tanpa sinar rembulan.
Ingatlah esok hari, mentari tak pernah sembunyi, menyambutmu dengan semangat baru.
Kenapa kau risaukan tentang malam, bila pagi akan selalu datang."

U:
"......."

A:
"Terjebak masa lalu tlah banyak membuang waktu.
Mempercepat lajumu kau pikir dapat membantu.
Kau mungkin dapat melupakan dia, tapi mungkin kau juga akan melewatkan hal baik lainnya.
Berjalanlah perlahan, perhatikan dan nikmati apa yang kau temui di hadapanmu.
Sesuatu tak kan menghilang begitu saja hanya karena kau tak suka.
Begitu ada dalam hati dan pikiranmu, sampai kapan pun akan menjadi bagian dari dirimu.
Kau tak kan membenci dirimu sendiri bukan?"

U:
"Bintang dan bulan hanyalah perumpamaan."

A:
"Saat kau ibaratkan dia dengan bintang dan bulan, kau lupa sesuatu.
Cahaya bintang dan bulan itu hanya semu.
Suatu hari akan kau temui mataharimu, dengan cahaya yang sesungguhnya.
Menunggulah sesuatu yang pasti.
Memang sama-sama melelahkan untuk menunggu, tapi akan lebih melelahkan menanti sesuatu yang tak tentu."


~The End~

Post a Comment