DECISION EP.2: Part 2

Run Away

Yoongi sedang menaiki sebuah bus malam terakhir yang dia dapat. Dia sama sekali tidak tahu kemana dia akan pergi. Tidak ada rencana apapun dalam benaknya.
Bus itu sangat sepi. Hanya ada tiga orang di dalamnya. Pak supir, dirinya yang duduk di kursi paling belakang, dan seorang gadis berseragam sekolah yang menempati kursi barisan depan. Gadis itu menarik perhatian Yoongi.
Ini bukan sebuah proses jatuh cinta pada pandangan pertama yangs sering tergambar pada drama. Cinta? Tidak ada ruang untuk itu dalam hidup Yoongi saat ini. Yoongi hanya penasaran hidup seperti apa yang sedang dijalani gadis itu. Kenapa selarut ini dia tidak tidur di rumah? Apa dia belajar hingga larut dan baru pulang sekarang? Apa dia baru pulang dari pekerjaan paruh waktunya? Apa dia sedang  kabur dari rumah, sama seperti yang Yoongi lakukan sekarang?
Yoongi memasang earphone pada kedua telinganya. Menyandarkan kepalanya di kaca jendela. Ia menatap jalanan yang sepi. Jalanan yang asing baginya. Bus ini telah membawanya menjauh. Dari rumahnya, dari ayahnya, dari ibunya, dari hidup yang selama ini dia jalani.
Ia mengingat kembali percakapan dengan ibunya:
”Yoongi-yah… pergilah dari rumah…”
“Hah? Apa maksud ibu?”
“Ibu tidak tahan melihatmu hidup seperti ini. Ibu tahu, kamu tidak bisa hidup tanpa musik, itu adalah mimpimu. Tapi ayahmu tidak akan pernah mengijinkanmu. Dia menyayangimu, dengan cara yang salah, dengan cara yang pada kenyataannya hanya menyakiti kita semua. Ibu hanya ingin melihatmu bahagia, dan mungkin hanya ini yang bisa ibu lakukan. Pergilah…, lakukan apa yang kamu cintai. Kejarlah mimpimu…”
“Bagaimana dengan ibu?”
“Tentu ibu akan sedih hidup jauh darimu. Tapi melihatmu bersedih, lebih menyakitkan hati ibu.”
“Apa menurut ibu, ini tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar? Aku tidak ingin ayah melakukan hal buruk pada ibu atas apa yang aku lakukan.”
“Ayahmu tidak akan menyakiti ibu, percayalah. Sebaiknya kamu segera bersiap-siap dan pergi sekarang. Bawalah ini…..”
“Uang? Dari mana ibu mendapatkannya?”
“Ibu ada sedikit simpanan. Hiduplah dengan baik, dan tunjukkan pada ayahmu bahwa kamu bisa berhasil. Ibu percaya padamu.”
Yoongi menangis mengingat ibunya. Hal yang tidak pernah dia lakukan, bahkan ketika ayahnya menghajarnya.
Bus berhenti. Gadis itu turun.
Saat bus hendak berjalan, Yoongi bangkit dari tempat duduknya, dan berlari turun. Bukan untuk mengejar gadis itu, tapi karena dia memang ingin turun. Lagipula dia tidak memiliki tujuan dan tidak tahu harus kemana. Dia hanya akan berjalan, dan mengikuti kemana langkah kaki membawanya pergi.
“Apa kau mengikutiku?”
“Apa?!”, Yoongi terkejut saat gadis di bus tadi menghentikan langkah dan menoleh padanya.
“Aku tanya, apa kau mengikutiku?”
“Tidak.”
“Lalu kenapa kau turun dari bus dan berjalan di belakangku?”
“Karena aku memang ingin turun di sini.”
“Kalau begitu jalanlah lebih dulu.”
Gadis itu membuat gerakan mempersilahkan Yoongi berjalan duluan.
Yoongi mengerutkan alis dan berjalan melewati gadis itu. “Gadis aneh.”, ucap Yoongi lirih.
Ia masih tidak tahu akan kemana. Memandang kesana dan kemari, berpikir dimana ia akan bermalam. Haruskah dia tidur di sauna saja? Atau pergi ke motel? Tapi dia sama sekali tidak mengenal daerah ini. Ponselnya pun sudah mati karena baterainya habis.
Ternyata gadis itu masih berjalan di belakang Yoongi.
“Maaf nona, aku rasa kau yang mengikutiku. Kenapa kau masih berjalan di belakangku?”
“Ini memang jalan ke rumahku. Dan kau juga terlihat mencurigakan, menoleh kesana kemari tidak jelas. Sebenarnya apa yang sedang kau cari? Jangan-jangan kau seorang pencuri?”
“Bisakah kau hentikan khayalanmu itu?”
“Lalu apa yang kau cari? Mencari rumah seseorang yang kau kenal?”
“Urus saja urusanmu sendiri.”
“Ini menjadi urusanku karena kau berada di lingkunganku.”
“Ada apa denganmu? Jangan perdulikan aku, dan cepat pulang saja. Berhenti berkeliaran tengah malam dengan seragammu itu.”
“Aku akan mengabaikanmu kalau kau berhenti bertingkah mencurigakan. Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya. Aku yakin kau tidak tinggal di daerah ini.:”
“Apa kau pikir seorang pencuri akan mengaku bahwa dia akan mencuri? Kau tidak takut aku mungkin menyakitimu? Ini sudah malam dan kau sendirian.”
“Hahahahaa…”, gadis itu tertawa.
Ia kemudian melanjutkan, “Kenapa aku harus takut pada laki-laki kurus berwajah pucat sepertimu?”
Yoongi memilih pergi dari pada meladeni gadis aneh itu.
“Hey…., aku belum selesai bicara padamu!”
Gadis itu tetap berjalan di belakang Yoongi.
Meski kesal, Yoongi memilih diam dan mengabaikan. Kemudian dia berhenti di sebuah rumah. Di depannya ada sebuah papan yang mengatakan bahwa disana menyewakan kamar. Sedikit ragu karena ini sudah memasuki dini hari, Yoongi menekan bel pintu. Seorang lelaki paruh baya muncul dari balik pintu. Dia adalah Tuan Park, ang pemilik rumah.
“Permisi paman, apakah Anda masih memiliki kamar kosong untuk disewakan?”, tanya Yoongi.
“Tidak ada kamar kosong.”, gadis itu menyahut dari belakang.
“Namseok-ah, kau sudah pulang…”, ucap Tuan Park saat melihat gadis itu.
“Iya ayah….”
Yoongi tidak percaya dengan apa yang dia dengar. ‘Ayah?’, gadis aneh itu anak pemilik rumah sewa ini.
“Maaf anak muda, apa kau ingin menyewa kamar disini?”, lelaki itu kembali menatap Yoongi setelah menyapa anaknya.
“Ah, iyaa. Tapi kalau sudah tidak ada kamar, tidak apa-apa paman.”
“Hahahaa, jangan dengarkan Namseok, dia hanya bercanda. Masih ada satu kamar kosong disini. Siapa namamu?”
“Min Yoongi.”
“Apa ayah yakin menyewakan kamar pada orang aneh ini?”, protes Namseok.
“Apa kalian saling kenal?”, tuan Park menatap Yoongi dan Namseok bergantian.
“Tidak!” Yoongi dan Namseok menjawab bersamaan. Kemudian mereka saling melempar pandang.
Tuan Park tersenyum melihat kekompakan mereka.
“Baiklah, ayo kita masuk dulu. Yoongi-ssi, aku akan mengantarkanmu ke kamar. Dan kau gadis kecil, segera masuk kamarmu dan tidur.”
Yoongi dan Namseok berjalan masuk melewati ruang tamu, mengikuti Tuan Park yang berjalan di depan mereka.
Sambil memicingkan mata, Namseok berbicara pada Yoongi dengan setengah berbisik, “Hey, aku akan mengawasimu….”

Post a Comment