DECISION EP.2: Part 9

An Agreement

Kembali pada hari di mana Seokjin baru mendapat pukulan dari Namjoon. Dia masuk ke kamarnya setelah menjawab pertanyaan ayahnya.
Seokjin terduduk, menyandarkan tubuhnya pada pintu yang baru saja dia tutup. Air matanya tidak dapat ia tahan lagi. Dia tidak pernah berharap ini semua terjadi. Sama sekali tidak terpikir olehnya untuk menyakiti Namjoon. Dadanya terasa sangat sesak, hingga ia memukul-mukulkan tangannya ke dada. Dia tidak memiliki pilihan lain selain menjauh dari orang-orang yang dia sayang. Lebih baik dia dibenci dari pada harus melihat mereka menderita akibat keinginannya memperjuangkan hal yang ia cinta. Impiannya tidak lebih penting dibandingkan sahabatnya.
Semua ini bermula ketika Seokjin mengutarakan keinginannya bermain gitar. Malam itu, usai makan malam keluarga, Seokjin pergi ke ruang kerja ayahnya.
*tok tok tok (suara pintu diketuk)*
“Masuk”, sahut ayah Seokjin.
“Apa ayah sedang sibuk?”, tanya Seokjin hati-hati, menyembunyikan rasa takutnya.
“Kenapa?”
“Aku ingin berbicara sebentar dengan ayah.”
“Duduklah.”, ucap ayah Seokjin sambil menatap dokumen yang sedang dipelajarinya di atas meja.
Seokjin pun duduk, dan kini saling berhadapan dengan ayahnya.
Ayah Seokjin melepas kacamata bacanya, dan menatap anak semata wayangnya tersebut. “Apa yang ingin kau katakan?”
“Aku ingin meminta sesuatu pada ayah.”
“Apa itu?”
“Aku ingin belajar bermain gitar.”
“Kau pikir kau ada waktu untuk hal itu? Waktu ujian sudah semakin dekat. Fokus saja pada persiapan ujianmu. Sekarang kembalilah ke kamar.”
Ayah Seokjin mulai meraih kembali berkas dokumen yang tadi disisihkannya. Tapi Seokjin belum beranjak dari duduknya.
“Aku yakin bisa mengatur waktuku dengan baik. Selama ini aku tidak pernah mengecewakan ayah. Aku berjanji akan bekerja keras untuk ujian, dan mendapatkan hasil yang baik. Aku selalu memberikan apa yang ayah minta, tidak bisakah ayah mengabulkan satu permintaanku saja?”, Seokjin mencoba bernegosiasi
“Apa sekarang kau ingin melawan ayah? Apa kau sudah merasa pintar, bersikap angkuh di depan ayahmu? Inilah sebabnya ayah memintamu berhenti bergaul dengan Namjoon. Kau pasti belajar menjadi seorang pemberontak darinya. Apa kau akan mencoba bunuh diri juga bila aku menolak permintaanmu?”
“Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Namjoon.”
“Berulang kali sudah ayah katakan jangan lagi bermain di atap sekolah. Kau pikir ayah tidak tahu kalau kau masih tetap menghabiskan waktu bersamanya disana?”
“Tapi kami hanya makan siang bersama di sana. Kenapa ayah membenci Namjoon? Padahal ayah tahu kami sudah bersahabat sejak kecil. Kenapa sekarang kedekatanku dengan Namjoon menjadi masalah bagi ayah?”
“Karena sekarang ayah tahu, Namjoon akan memberi pengaruh buruk padamu. Kalau kau tidak mau mendengarkan ayah untuk menjauhi Namjoon, ayah yang akan membuat Namjoon menjauhimu, dengan cara ayah.”
“Tapi keinginanku bermain gitar sungguh tidak ada hubungannya dengan Namjoon.”
“Oh, ayah tahu. Apa ini karena anak panti bernama Jungkook itu? Yang selalu bersama gitarnya? Ayah tidak suka kau terlalu dekat dengannya. Ayah mengajakmu ke panti agar kau juga bisa belajar tentang pengelolaan yayasan, bukan untuk bermain dengan anak itu.”
“Aku sama sekali tidak mengerti dengan pemikiran ayah. Alasan ayah melarangku berteman dengan Namjoon ataupun Jungkook sama sekali tidak masuk akal bagiku.”
“Suka atau tidak, ayah tidak ingin melihat kau bersama mereka. Ayah akan mencabut beasiswa Jungkook bila kau bersikeras berhubungan dengannya, dan tidak menutup kemungkinan untuk melakukan hal yang lebih buruk lagi.”
“Apa ayah sungguh harus bertindak sejauh itu hanya karena sebuah permintaanku yang sederhana?”
“Dengarkan ayah baik-baik Kim Seokjin, ayah tidak pernah main-main dengan apa yang ayah katakan. Berhenti bicara omong kosong dan masuklah ke kamarmu!”

Post a Comment