All Alone
Jimin berjalan
terengah-engah ke tepi lapangan. Membaringkan tubuhnya, dan mulai mengatur
nafas.
Beberapa
ranting pohon berdaun rindang melindungi wajahnya dari terik matahari.
Ia memandang
langit yang cerah terbentang di atasnya. Awan-awan berjalan perlahan mengikuti
arah angin. Hari yang bagus untuk beraktivitas di luar. Meski sekedar mengobrol
dan bercanda di tepi sungai Han. Tapi itu semua hanyalah angan kosong belaka.
Tidak akan ada lagi hari-hari seperti itu. Hari dimana ia menghabiskan waktu
bersama Hoseok dan Taehyung.
Seseorang
datang dan duduk di sebelah Jimin. Dia adalah Jungkook.
Setelah
menenggak sebotol minuman dingin, ia menyodorkan botol itu pada Jimin.
Jimin pun
mengubah posisinya menjadi duduk, dan meminum air yang diberikan Jungkook.
“Terimakasih.”
, ucapJimin sambil mengembalikan botol pada Jungkook. “Aku rasa kau bisa
menjadi pemain bola profesional. Kau bermain sangat bagus tadi. Aku penasaran,
apakah ada hal yang tidak kau bisa?”, lanjut Jimin.
“Kau tidak
dapat bergantung pada siapapun.”, jawab Jungkook.
“Maksudmu?”,
Jimin merasa Jungkook tidak menjawab pertanyaannya.
“Saat kau
terbiasa hidup sendiri, kau akan melakukan segala hal dengan baik. Karena kau
tahu, bahwa tidak ada yang dapat kau andalkan selain dirimu sendiri.”
“Jungkook-ah,
kau tidak akan sendirian bila kau mau membuka dirimu pada orang lain. Kenapa
kau sangat menikmati kesendirianmu? Kau tahu, ada sesuatu dalam dirimu yang
membuat orang lain nyaman bersamamu? Seperti saat ini, bagiku kau adalah orang
yang hangat. Tapi kau dengan jelas membuat batas tak terlihat, dan tak
mengijinkan siapa pun melewatinya. Tunggu dulu, bukankah kau cukup dekat dengan
Kim Seokjin? Kau datang ke acara bedah buku bersamanya.”
“Jangan pernah
bergantung ataupun percaya pada siapa pun Jimin-ah. Kau tahu kenapa? Karena kau
hanya akan berakhir kecewa. Pada akhirnya, kau akan kembali pada hakikatmu
sejak awal, sendirian.”
Jimin
memikirkan kata-kata Jungkook. Apakah yang dikatakan Jungkook benar? Seperti yang
terjadi padanya saat ini.?Hoseok dan Taehyung pada akhirnya pergi, dan
membuatnya sendirian.
“Sebentar lagi
kelas dimulai, aku akan ganti baju dulu.”, ucap Jungkook sambil berdiri dan
hendak pergi.
“Jungkook-ah….”
Jungkook
berhenti dan menoleh pada Jimin.
Jimin
melanjutkan, “Apakah kesepian akan lebih baik dari pada dikecewakan?”
Jungkook tidak
langsung memberikan jawaban. Apakah merasa kesepian itu adalah sesuatu yang
lebih baik? Apa yang Jungkook tahu tentang arti kesepian? Dia sendirian sejak
awal, hanya itu yang dia tahu. Apakah rasa hampa dalam hatinya selama ini,
adalah bentuk kesepian? Kalau memang iya, baginya tidak masalah. Ia telah
berteman baik dengan sepi, ia bisa hidup dengan baik sejauh ini. Tapi rasa kecewa?
Itu telah membakar seluruh hatinya.
“Iya.”, jawab
Jungkook singkat setelah terdiam beberapa saat.