Cypher Pt. 13, Pt. 14, Pt. 15 (FINALE)

Part 13. Kim Namjoon
Aku tidak ingat bagaimana aku sampai di sini.
Aku hanya membuka mata, dan tiba-tiba sudah berada di sini.
Awalnya aku bertanya-tanya, ada di mana aku sekarang?
Apa aku sudah mati saat ini?
Tempat ini terasa familiar.
Benar. Ini adalah sekolah.
Hanya saja, tidak ada seorang pun selain aku.
Sesaat aku mendengar suara langkah kaki.
Aku tidak yakin apa aku benar-benar sendirian.
Tidak ada lampu di sini.
Meski tidak sepenuhnya gelap, karena ada beberapa lilin yang menempel di dinding.
“Guru Lee, apakah itu kau?”
“Apa kabar Kim Namjoon? Jadi kau memutuskan untuk mengakhiri kesepakatan kita?”
“Apa sekarang ini aku sudah mati?”
“Tidak.”
“Lalu?”
“Kau tidak hidup dan juga tidak mati. Kau hanya berada di sini.”
“Apa aku akan selamanya di sini?”
“Tergantung apa yang dilakukan oleh sahabatmu.”
“Sahabatku?”
“Ya, sahabatmu. Para member yang kau miliki.”
“Apa mereka tahu apa yang terjadi padaku?”
“Tidak ada seorang pun yang mengingat tentang dirimu. Tapi bila mereka menyadari kepergianmu, aku akan memberimu sebuah penawaran baru.”
“Apa kau sedang memberiku harapan kosong? Bagaimana mungkin orang yang tidak memiliki memori tentangku, sadar bahwa aku menghilang.”
“Kita lihat saja apa yang akan terjadi padamu.”

Part 14. Park Jimin
Aku melihat wajah Kim Seokjin yang terkejut di depan pintu.
Seseorang sedang tersenyum lebar. Guru Lee Hyun.
“Selamat datang Kim Seokjin, Jung Hoseok, Kim Taehyung. Silahkan bergabung….”
Kami sudah tertangkap basah.
Dalam kondisi yang masih terkejut dengan surat perjanjian yang kami temukan, tiba-tiba Guru Lee masuk.
Dan sekarang member yang lain ikut bergabung di sini.
“Jadi, siapa yang ingin bercerita? Apa yang sedang kalian lakukan di sekolah malam-malam? Di ruanganku?”
“Guru Lee sendiri, apa yang Guru Lee lakukan malam-malam begini di sekolah?”, dengan spontan aku balik bertanya.
Inilah yang dilakukan orang yang bersalah, mencoba mencari kesalahan pihak lain.
“Aku? Ini ruanganku, aku bisa berada di sini kapan pun aku mau. Apa ada yang salah?”
“Apa Guru Lee yakin hanya karena itu? Bukan karena ada sesuatu yang ingin kau sembunyikan di sini?”
“Tentu saja ada banyak hal yang kusembunyikan. Bukankah wajar ingin melindungi apa yang kau miliki?”
“Apakah termasuk ini?”, aku mengarahkan tanganku yang sedang memegang surat perjanjian ke hadapannya dan lanjut bertanya, “Siapa Kim Namjoon? Dan apa yang terjadi padanya?”
“Aku akan mengajukan pertanyaan yang sama, kepada kalian berenam. Memangnya siapa Kim Namjoon? Kenapa kalian mencarinya?”
Tidak seorangpun dari kami menjawab pertanyaan Guru Lee.
Siapa Kim Namjoon? Itu yang sedang kami coba cari tahu.
Melihat kami yang hanya diam, Guru Lee berkata, “Kenapa kalian berusaha mencari seseorang yang bahkan tidak kalian ingat?”
“Aku hanya tahu dia seharusnya berada disini. Aku memang tidak dapat mengingatnya, tapi aku dapat merasakan bahwa dia seseorang yang penting bagiku.”
“Penting?”, Guru Lee menyeringai padaku. “Bila dia memang penting, kalian tidak akan membiarkannya menghilang.”
“Maksudmu kami penyebab menghilangnya Kim Namjoon?”
“Tidak secara langsung. Tapi bisa dikatakan seperti itu.”
 Aku sama sekali tidak menangkap inti dari percakapan panjang ini.
Lebih sulit memahami bahasanya, dari pada memahami bahasa Taehyung. Entah karena dia guru sastra, atau memang aku yang bodoh.
Tidak perduli seberapa keras aku menggali dalam ingatanku, tidak ada sedikitpun memori tentang Kim Namjoon.
“Baiklah, anggap saja memang kami penyebab dia menghilang, meski aku tidak tahu bagaimana itu terjadi. Apa kau tahu dimana dia berada sekarang?”
“Aku tidak punya alasan kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu.”
“Kami tidak akan meninggalkan ruangan ini sampai kami mendapatkan penjelasan darimu.”
“Aku hargai rasa ingin tahumu yang tinggi Park Jimin. Tapi apapun yang kau dengar dariku, tidak akan merubah kenyataan bahwa Kim Namjoon pergi.”
“Apa artinya dia sudah mati? Apa dia melanggar surat perjanjian ini dan berakhir kehilangan nyawanya? Kenapa dia membuat perjanjian seperti ini?”
“Dia tidak mati. Dia hanya pergi ke suatu tempat. Kau ingin tahu perjanjian apa ini? Dia telah menukar jiwanya untuk mendapatkan pengakuan orang-orang.”
“Pengakuan?”
“Iya, pengakuan. Dia ingin berhenti diabaikan.”
“Kenapa dia merasa diabaikan? Kami tidak mungkin mengabaikan bagian dari kami.”
“Kalian bilang tidak mengabaikannya? Lalu apa yang kalian lakukan saat dia mendapat perlakuan tidak adil dari orang-orang? Oh, aku hampir lupa. Kalian tidak mengingat apapun, termasuk kesalahan yang telah kalian lakukan. Kalian hanya diam saja saat orang lain mengabaikan Kim Namjoon. Mungkin bagi kalian tidak ada masalah selama kalian tidak ikut mengabaikan keberadaan Kim Namjoon, tapi bagi dia hal itu menyakitkan. Memang benar semua orang punya kebebasan dalam bertindak, dan kalian tidak bisa mengatur bagaimana orang harus bersikap pada Kim Namjoon. Tapi itu semua hanya alibi agar kalian tidak merasa bersalah. Kalian hanya egois. Kalian takut orang-orang akan ikut mengabaikan kalian juga bila kalian membela Kim Namjoon. Apa kau puas dengan penjelasanku Park Jimin?”
Guru Lee seolah menembakkan peluru bertubi-tubi tepat di jantungku, sebanyak tiap kata yang terucap dari bibirnya.
Apakah aku sungguh seburuk itu? Apa aku sungguh egois?
Apa setelah mendengar semua ini aku ingin tetap bertemu Kim Namjoon?
Iya, aku tetap ingin bertemu dengannya.
Mungkin jika bertemu dengannya, aku akan mengingat kembali semuanya.
Aku terlalu malu menyebut diriku sebagai seorang sahabat. Tapi aku akan minta maaf dan berusaha memperbaiki kesalahanku.
Aku harus menemui Kim Namjoon.
“Apa yang harus kami lakukan untuk membuat Kim Namjoon kembali?”
“Tidak ada.”
“Apakah sungguh tidak ada cara untuk membawanya kembali? Aku akan melakukannya apapun itu.”
“Saat ini, yang bisa menyelamatkan Kim Namjoon adalah dirinya sendiri. Sebaiknya sekarang kalian pulang ke rumah masing-masing.”
Aku merasa tidak pantas hidup lagi.
Bagaimana mungkin aku bisa bernafas dan menjalani hidup seolah tidak terjadi apa-apa, sementara Kim Namjoon entah dimana dia berada sekarang, entah apa yang dia alami disana.
Aku harap bumi terbelah dan menelanku hidup-hidup.

Part 15. Kim Namjoon
Aku pikir aku sedang berada di sekolah, tapi aku salah.
Entah sudah berapa tangga yang kunaiki, bangunan ini seolah memiliki lantai tak terhingga.
Saat aku menengok ke bawah, aku tidak dapat menemuka lantai dasar.
Aku tidak ingat dari lantai berapa aku mulai, dan tidak tahu di lantai berapa aku sekarang.
Sekali lagi aku mendengar langkah kaki.
Tidak perlu lagi bertanya-tanya langkah kaki siapa itu.
Yang ingin aku tahu adalah, apa yang akan dia katakan kali ini.
“Apa kau menungguku Kim Namjoon? Tidakkah kau merasa kesepian?”
“Sejujurnya aku tidak sungguh-sungguh mengharapkan kedatanganmu Guru Lee. Tapi terimakasih telah berkunjung.”
“Aku kesini untuk memberimu sebuah penawaran.”
“Jadi memberku tahu aku menghilang?”
“Kenapa? Apa kau merasa senang? Aku cukup tersentuh dengan usaha yang dilakukan mereka, terutama Park Jimin.”
Seketika aku merasa bodoh.
Bagaimana mungkin aku bisa menjadi serakah, dan berakibat hingga seperti ini.
Kenapa aku hanya berfokus pada perlakuan orang terhadapku. Padahal ada member yang selalu ada untukku.
Aku memiliki Kim Seokjin, Jung Hoseok, Park Jimin, Jeon Jungkook, Min Yoongi, Kim Taehyung. Apa lagi yang kuperlukan?
“Apa yang akan Guru Lee tawarkan padaku.”
“Sebuah kebebasan. Kau bisa keluar dari sini, dan kembali menjalani kehidupanmu. Tapi ini semua tergantung dengan keputusan yang akan kau buat. Sama seperti sebelumnya, tidak ada hal yang kau dapat dengan percuma.”
“Apa lagi yang akan kau ambil dariku?”
“Aku tidak akan mengambil apapun dari dirimu. Ini sebuah pertukaran. Kau bisa keluar dari sini, dengan syarat Park Jimin yang akan menggantikan posisimu disini. Semua terserah padamu. Kau tetap memilih berada disini, atau bertukar posisi dengan Park Jimin? Silahkan pikirkan, aku akan memberimu waktu.”
“Tidak perlu memberiku waktu. Aku bisa memberi jawaban padamu saat ini juga.”
“Apa kau yakin tidak ingin memikirkannya baik-baik?”
“Ini bukan sesuatu yang perlu untuk dipikirkan. Aku akan memilih berada disini.”
“Kau yakin dengan pilihanmu?”
“Aku rasa aku mulai terbiasa ada disini. Sendirian, tanpa siapapun. Aku tidak perlu lagi perduli bagaimana orang memperlakukanku, aku tidak perlu khawatir orang-orang akan mengabaikanku. Sepertinya berada di sini jauh lebih baik dibanding aku kembali.”
“Baiklah bila memang itu yang kau inginkan. Sesuai yang aku katakan, semua tergantung pada keputusanmu. Dan aku akan memenuhi kata-kataku.”

************
Aku merasa seseorang menggoyang-goyangkan tubuhku.
Perlahan aku membuka mata.
“Hyung…, bangunlah…..”
Apakah yang dihadapanku saat ini sungguh Park Jimin? Apa aku sedang bermimpi?
“Hyung…, ayo bangun!”
Jimin tetap memintaku bangun meski kedua mataku telah terbuka.
Mungkin karena aku tidak merespon apapun.
“Jimin-ah….”
“Kenapa kau menatapku seperti itu hyung? Cepat bangun. Bagaimana mungkin kau bisa tidur, sebentar lagi ujian dimulai.”
“Ujian?”
“Sebaiknya sekarang kau ke kamar mandi dan mencuci mukamu hyung, agar kau bisa sepenuhnya bangun.”
Jimin berjalan pergi ke bangkunya.
Aku menatap ke sekeliling ruangan.
Aku sedang berada di kelas, di bangkuku.
Semua anak duduk di bangku mereka masing-masing.
Jimin sedang bercanda dengan Jungkook yang duduk di depannya.
Tiba-tiba wakil kepala sekolah masuk ke dalam kelas.
“Selamat pagi anak-anak. Karena wali kelas kalian sedang cuti, Guru Lee Hyun akan menjadi wali kelas sementara bagi kalian, dan akan menjaga ujian pagi ini.”
Tunggu dulu, apa yang sedang terjadi sekarang?
Guru Lee? Ujian? Tanggal berapa saat ini?
Apa selama ini yang terjadi padaku hanya mimpi belaka?
Apa aku sedang mengalami déjà vu?

-END-

Gatau sih ini penting apa endak buat dijelaskan. Cuma klarifikasi aja, Namjoon bisa kembali lagi karena dia udah buat keputusan yang tepat. Intinya terletak pada keputusan, bukan pilhan yang ditawarkan. Sekian… :D

Post a Comment