Part 5. Kim Namjoon
Rambut hitam dengan coma style yang mengekspose dahinya.
Mata berbinar dan gigi kelinci yang tidak cocok dengan tampilan maskulinnya.
Semua itu tidak asing bagiku.
Tapi aku tidak ingat namanya.
“Jeon Jungkook.”, aku membaca
nametag yang terpasang di seragamnya.
Ada apa denganku? Kenapa rasanya
aku melupakan banyak hal?
Kuputuskan untuk menemui Guru
Lee.
Dia menyambutku dengan senyum
dari balik mejanya.
“Apa kau bersenang-senang dengan
apa yang kau dapat? Aku rasa iya.”
“Aku ingin bertanya sesuatu
padamu?”
“Silahkan…”
“Apa kalung yang kugunakan ini
berefeksamping pada pikiranku? Aku mulai lupa akan banyak hal.”
“Itulah harga yang harus kau
bayar.”
“Maksud Guru Lee?”
“Seperti yang kukatakan
sebelumnya, kalung itu akan mengambil hal berharga darimu. Dan sepertinya dia
memutuskan mengambil memorimu. Kau akan mulai kehilangan apa yang kau ingat, sebanyak
orang-orang mengingatmu.”
“Tapi bukan ini yang kuinginkan.”
“Bukankah kau ingin agar
orang-orang mengakui keberadaanmu? Dengan mengingatmu, mereka mengakui dirimu
ada.”
“Bagaimana bila aku ingin agar
memoriku kembali? Apa aku akan kembali menjadi ‘bukan siapa-siapa’?”
“Apa kau lupa Kim Namjoon? Sekali
kau memulai, tidak ada jalan kembali.”
“Apa yang terjadi bila aku
menghancurkan kalung ini?”
“Sesuai dengan apa yang telah
kita sepakati. Pelanggaran yang kau lakukan, akan kau bayar dengan jiwamu.”
“Artinya aku akan mati?”
“Kau akan menghilang, tanpa
seorang pun yang mengingatmu.”
Part 6. Kim Taehyung
“Taehyung-ah, kenapa kau
melibatkanku dalam hal ini?”
“Apa kau tidak merasa dia
bertingkah aneh? Apa kau tidak ingin tahu apa yang terjadi padanya?”
“Kenapa kau tidak mengajak yang
lain juga?”
“Akan terlalu ramai untuk
membuntuti seseorang.”
“Tapi kenapa harus aku?”
“Hyung, kenapa kau cerewet sekali
hari ini? Sudah kita ikuti saja Kim Namjoon.”
Aku memutuskan untuk membuntuti
Kim Namjoon sepulang sekolah, dan mengajak Min Yoongi ikut bersamaku.
Aku mencemaskan Kim Namjoon, tapi
aku tidak ingin pergi sendirian, jadi aku mengajak Min Yoongi yang saat itu berada
di dekatku. Dari pada sekedar mengajak, lebih tepatnya aku memaksanya untuk
ikut.
Ini bukan jalan ke rumah Kim
Namjoon. Apa dia ingin pergi ke suatu tempat?
Aku dan Min Yoongi tetap
mengikutinya.
Tapi kemudian aku sadar, kami
hanya berputar-putar di tempat yang sama.
Tunggu? Apa Kim Namjoon lupa di
mana dia tinggal?
Part 7. Kim Namjoon
Kubuka kedua mataku. Berpikir apa
yang harus kulakukan.
Ah! Aku harus bersiap ke sekolah.
Kutatap diriku yang sudah
berdandan rapi di cermin.
Kemudian aku bertanya pada diriku
sendiri, ”Siapa aku?”
Aku melirik nametag yang
kukenakan.
Namaku adalah Kim Namjoon. Aku
tidak boleh lupa.
Aku mulai berjalan keluar rumah.
Berjalan….dan terus berjalan….
Aku hanya tahu aku harus pergi ke
sekolah.
Tapi sekarang aku bahkan tidak
tahu lagi aku ada di mana.
Kuambil ponsel dari dalam tasku.
Menghubungi satu-satunya nama
yang masih kuingat.
“Halo, Guru Lee?”
“Kenapa kau menelponku?”
“Kau tahu Guru Lee? Aku tidak
tahu lagi bagaimana cara sampai ke sekolah. Aku tidak lagi mengingat siapa
namaku, siapa aku. Apa artinya orang lain mengenalku, tapi aku sendiri tidak.
Aku pikir semua ini sudah cukup. Hidup seperti ini tidak lebih baik dari sebuah
kematian.”
Tanpa menunggu respon dari Guru
Lee, kumatikan ponselku. Kemudian mulai menertawakan semua yang terjadi.
Aku menggenggam liontin kalung
yang kupakai. Kupejamkan mata, menariknya dengan kuat, dan melemparkannya ke
jalanan.