Bang Sihyuk
*Suara ponsel berdering*
Jungkook
meletakkan gitarnya, dan meraih ponsel yang berada di atas tempat tidur.
“Jinie Hyung”,
dia membaca nama yang tertera di layar, kemudian mengangkatnya.
“Haloo?”
“Hey,
Jungkookie, kenapa kau tidak pernah sekalipun menghubungiku? Kurasa kau
benar-benar menjalani hidup dengan baik.”
“Ah, maaf, aku
tidak tahu kau berharap aku menghubungimu hyung.”
“Ya sudahlah,
lupakan. Apa yang akan kau lakukan besok? Berhenti berkutat dengan gitarmu bila
kau tidak berniat meluluhkan hati para gadis.”
“Aku belum
merencanakan apapun untuk besok. Apa hyung akan datang kemari bersama Tuan
Kim?”
“Tidak, ayahku
sedang ke luar kota saat ini. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.”
“Kemana hyung?”
“Kau akan tahu
besok. Aku akan menjemputmu. Sampai ketemu…”
Esoknya Seokjin
menjemput Jungkook di panti asuhan. Ia tetap tidak memberitahu Jungkook akan
pergi kemana. Hingga saat akan turun dari mobil, Jungkook melihat banner
bertuliskan “Big Dream – Bang Sihyuk”.
“Ayo
Jungkookie, kita sudah sampai.”
“Bang Sihyuk?”
“Kau tidak tahu
Bang Sihyuk?”
Jungkook
menggelengkan kepalanya.
“Dia salah satu
penulis buku terkenal, sekaligus seorang motivator.”
“Dan tujuan
hyung mengajakku kemari?”
“Tidak ada
alasan tertentu. Hanya ingin. Hahahaa…”
Tak lama
berselang, Namjoon datang menghampiri.
“Seokjin Hyung,
kau ternyata juga mengajak seseorang kemari?”
Seokjin tidak
menanggapi pertanyaan Namjoon. Perhatiannya tertuju pada sosok yang berdiri
sekitar 50cm di belakang Namjoon. Memakai sneakers hitam, ripped jeans berwarna
hitam yang memperlihatkan sebagian kecil paha kirinya, hoodie hitam, dan topi
berwarna hitam pula. Mungkin bila ditambah dengan masker hitam dan kacamata
hitam, Seokjin akan mengira Namjoon baru saja membawa kabur seorang Idol dari
airport untuk datang kemari.
Namjoon
menangkap ekspresi penasaran Seokjin.
“Ah, iya,
kenalkan hyung, ini Min Yoongi, temanku di tempat bimbingan.”
Seokjin
mengulurkan tangan, dan disambut baik oleh Yoongi.
Melihat mereka
berjabat tangan, Namjoon teringat kejadian pertama kali ia menyapa Yoongi. Saat
itu tangannya diabaikan. Ia hanya bisa mendesah. Mungkin merasa sedikit iri.
Seokjin
kemudian juga memperkenalkan Jungkook kepada Namjoon dan Yoongi. Dan sesi
perkenalan pun berakhir. Mereka mulai masuk ke dalam aula.
Acara tersebut
berlangsung selama hampir tiga jam. Dalam ceramahnya, Bang Sihyuk
mengungkapkan:
“Semua orang hidup dengan mengejar
mimpi. Meski mungkin saat ini sebagian orang berkata bahwa mereka tidak
memiliki mimpi. Nyatamya keinginan kecil yang kalian miliki adalah bagian dari
mimpi juga.
Beberapa orang hidup untuk mengejar
impiannya sendiri, dan beberapa orang hidup untuk mengejar impian orang lain.
Aku harap semua orang bisa menempuh
jalan hidupnya sendiri, bukan menelusuri jalan hidup orang lain.
Hidup hanya satu kali, dan masa muda
tidak akan pernah kembali. Jalanilah hidupmu dengan sepenuhnya.
Ketika kau menelusuri jejak yang
bukan kehidupanmu, ketika mereka berkata semua akan baik-baik saja, itu tidak
benar.
Ini hidupmu, kau yang memutuskan,
bukan mereka. Yang bisa menyelamatkanmu adalah dirimu sendiri, bukan orang
lain.
Terbaik menurut mereka belum tentu
terbaik untukmu. Meski memilih jalanmu sendiri juga bisa melukaimu.
Impian sederhana yang dimiliki semua
orang adalah kebahagiaan. Tapi untuk siapa kebahagiaan itu?
Sebuah pilihan dapat memberi
kebahagiaan bagi seseorang, tapi di lain sisi dapat melukai pihak yang lain.
Mustahil untuk menyenangkan semua
orang. Akan tetapi selalu ada pilihan terbaik yang bisa diambil bagi mereka
yang tidak menyerah untuk mencari.
Mimpi tidak akan menawarkan kalian
menyusuri jalan berbunga dalam hidup.
Tidak akan menjanjikan kalian hanya
menemui hal yang bagus dalam hidup.
Tidak akan pula berkata untuk tidak
menyakiti.
Tapi mimpi tidak akan membohongimu,
asalkan kau percaya.
Jangan takut untuk bermimpi.
Dan
jangan takut untuk mengejar impianmu sendiri.”
Seokjin,
Jungkook, Namjoon, dan Yoongi tidak langsung meninggalkan aula setelah acara
selesai. Mereka menunggu orang lain pergi lebih dulu untuk menghindari saling
berdesakan di pintu keluar. Tiba-tiba ada yang berteriak…
“Yoongi hyung!”
Yoongi menoleh
ke arah datangnya suara. Sebenarnya bukan hanya Yoongi yang mencari asal suara,
tapi hampir seluruh orang yang saat itu ada dalam aura.
Yoongi
mendapati Hoseok melambaikan tangan, dan berjalan ke arahnya.
“Hyung,
ternyata benar dirimu. Aku pikir aku salah melihat orang. Seorang Yoongi meninggalkan
kamarmya untuk datang ke acara membosankan ini. Waaah, apa yang terjadi padamu
hyung?”
“Berhentilah
bersikap berlebihan. Kenapa kau ada disini?”
“Tentu saja karena
ayahku, karena siapa lagi aku bersinggungan dengan hal berbau literasi. Karena
tidak ingin menderita sendirian, aku mengajak Taehyung dan Jimin. Kalau tahu
kau berminat datang ke sini, aku akan mengajakmu juga hyung. Kau kemari dengan
siapa?”
“Temanku di
tempat bimbingan.”, Ia menjawab sambil menunjuk Namjoon.
Kemudian Yoongi
berniat mengenalkan Hoseok dan yang lain.
“Ini Jung Hoseok,
juniorku di klub radio sekolah, dan ini Taehyung teman sekelasnya. Dan yang
ini….”, Yoongi terdiam memandang Jimin, karena tidak tahu dia sipa.
“Park Jimin,
teman sekelasku.”, Jungkook menyahut untuk menjelaskan.
Jimin tidak
menyangka Jungkook akan mengatakan itu. Dari tadi dia hanya mencuri padang pada
Jungkook dari balik punggung Hoseok.
Hoseok kemudian
berkomentar, “Whoaa, dunia ini benar-benar sempit. Jimin adalah rekanku
berlatih tari.”
Seokjin yang sedari
tadi diam, akhirnya bersuara, “Bukankah mengagumkan, awalnya kita datang kesini
hanya berdua atau bertiga, dan sekarang menjadi bertujuh? Hahahahaa. Apakah
kalian tidak lapar setelah hampir tiga jam duduk diam hanya mendengarkan orang
berbicara? Ayo kita makan sesuatu dulu sebelum pulang.”
Hoseok pun
menimpali, “Ah, iyaa. Aku sangat lapar. Ada tempat yang menjual samgyeopsal enak di sekitar sini.”
“Baiklah,
ayo pergi. Aku yang traktir.”, jawab Seokjin.