DECISION EP.1 : Part 11

Bang Sihyuk

*Suara ponsel berdering*
Jungkook meletakkan gitarnya, dan meraih ponsel yang berada di atas tempat tidur.
“Jinie Hyung”, dia membaca nama yang tertera di layar, kemudian mengangkatnya.
“Haloo?”
“Hey, Jungkookie, kenapa kau tidak pernah sekalipun menghubungiku? Kurasa kau benar-benar menjalani hidup dengan baik.”
“Ah, maaf, aku tidak tahu kau berharap aku menghubungimu hyung.”
“Ya sudahlah, lupakan. Apa yang akan kau lakukan besok? Berhenti berkutat dengan gitarmu bila kau tidak berniat meluluhkan hati para gadis.”
“Aku belum merencanakan apapun untuk besok. Apa hyung akan datang kemari bersama Tuan Kim?”
“Tidak, ayahku sedang ke luar kota saat ini. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat.”
“Kemana hyung?”
“Kau akan tahu besok. Aku akan menjemputmu. Sampai ketemu…”
Esoknya Seokjin menjemput Jungkook di panti asuhan. Ia tetap tidak memberitahu Jungkook akan pergi kemana. Hingga saat akan turun dari mobil, Jungkook melihat banner bertuliskan “Big Dream – Bang Sihyuk”.
“Ayo Jungkookie, kita sudah sampai.”
“Bang Sihyuk?”
“Kau tidak tahu Bang Sihyuk?”
Jungkook menggelengkan kepalanya.
“Dia salah satu penulis buku terkenal, sekaligus seorang motivator.”
“Dan tujuan hyung mengajakku kemari?”
“Tidak ada alasan tertentu. Hanya ingin. Hahahaa…”
Tak lama berselang, Namjoon datang menghampiri.
“Seokjin Hyung, kau ternyata juga mengajak seseorang kemari?”
Seokjin tidak menanggapi pertanyaan Namjoon. Perhatiannya tertuju pada sosok yang berdiri sekitar 50cm di belakang Namjoon. Memakai sneakers hitam, ripped jeans berwarna hitam yang memperlihatkan sebagian kecil paha kirinya, hoodie hitam, dan topi berwarna hitam pula. Mungkin bila ditambah dengan masker hitam dan kacamata hitam, Seokjin akan mengira Namjoon baru saja membawa kabur seorang Idol dari airport untuk datang kemari.
Namjoon menangkap ekspresi penasaran Seokjin.
“Ah, iya, kenalkan hyung, ini Min Yoongi, temanku di tempat bimbingan.”
Seokjin mengulurkan tangan, dan disambut baik oleh Yoongi.
Melihat mereka berjabat tangan, Namjoon teringat kejadian pertama kali ia menyapa Yoongi. Saat itu tangannya diabaikan. Ia hanya bisa mendesah. Mungkin merasa sedikit iri.
Seokjin kemudian juga memperkenalkan Jungkook kepada Namjoon dan Yoongi. Dan sesi perkenalan pun berakhir. Mereka mulai masuk ke dalam aula.
Acara tersebut berlangsung selama hampir tiga jam. Dalam ceramahnya, Bang Sihyuk mengungkapkan:
“Semua orang hidup dengan mengejar mimpi. Meski mungkin saat ini sebagian orang berkata bahwa mereka tidak memiliki mimpi. Nyatamya keinginan kecil yang kalian miliki adalah bagian dari mimpi juga.
Beberapa orang hidup untuk mengejar impiannya sendiri, dan beberapa orang hidup untuk mengejar impian orang lain.
Aku harap semua orang bisa menempuh jalan hidupnya sendiri, bukan menelusuri jalan hidup orang lain.
Hidup hanya satu kali, dan masa muda tidak akan pernah kembali. Jalanilah hidupmu dengan sepenuhnya.
Ketika kau menelusuri jejak yang bukan kehidupanmu, ketika mereka berkata semua akan baik-baik saja, itu tidak benar.
Ini hidupmu, kau yang memutuskan, bukan mereka. Yang bisa menyelamatkanmu adalah dirimu sendiri, bukan orang lain.
Terbaik menurut mereka belum tentu terbaik untukmu. Meski memilih jalanmu sendiri juga bisa melukaimu.
Impian sederhana yang dimiliki semua orang adalah kebahagiaan. Tapi untuk siapa kebahagiaan itu?
Sebuah pilihan dapat memberi kebahagiaan bagi seseorang, tapi di lain sisi dapat melukai pihak yang lain.
Mustahil untuk menyenangkan semua orang. Akan tetapi selalu ada pilihan terbaik yang bisa diambil bagi mereka yang tidak menyerah untuk mencari.
Mimpi tidak akan menawarkan kalian menyusuri jalan berbunga dalam hidup.
Tidak akan menjanjikan kalian hanya menemui hal yang bagus dalam hidup.
Tidak akan pula berkata untuk tidak menyakiti.
Tapi mimpi tidak akan membohongimu, asalkan kau percaya.
Jangan takut untuk bermimpi.
Dan jangan takut untuk mengejar impianmu sendiri.”
Seokjin, Jungkook, Namjoon, dan Yoongi tidak langsung meninggalkan aula setelah acara selesai. Mereka menunggu orang lain pergi lebih dulu untuk menghindari saling berdesakan di pintu keluar. Tiba-tiba ada yang berteriak…
“Yoongi hyung!”
Yoongi menoleh ke arah datangnya suara. Sebenarnya bukan hanya Yoongi yang mencari asal suara, tapi hampir seluruh orang yang saat itu ada dalam aura.
Yoongi mendapati Hoseok melambaikan tangan, dan berjalan ke arahnya.
“Hyung, ternyata benar dirimu. Aku pikir aku salah melihat orang. Seorang Yoongi meninggalkan kamarmya untuk datang ke acara membosankan ini. Waaah, apa yang terjadi padamu hyung?”
“Berhentilah bersikap berlebihan. Kenapa kau ada disini?”
“Tentu saja karena ayahku, karena siapa lagi aku bersinggungan dengan hal berbau literasi. Karena tidak ingin menderita sendirian, aku mengajak Taehyung dan Jimin. Kalau tahu kau berminat datang ke sini, aku akan mengajakmu juga hyung. Kau kemari dengan siapa?”
“Temanku di tempat bimbingan.”, Ia menjawab sambil menunjuk Namjoon.
Kemudian Yoongi berniat mengenalkan Hoseok dan yang lain.
“Ini Jung Hoseok, juniorku di klub radio sekolah, dan ini Taehyung teman sekelasnya. Dan yang ini….”, Yoongi terdiam memandang Jimin, karena tidak tahu dia sipa.
“Park Jimin, teman sekelasku.”, Jungkook menyahut untuk menjelaskan.
Jimin tidak menyangka Jungkook akan mengatakan itu. Dari tadi dia hanya mencuri padang pada Jungkook dari balik punggung Hoseok.
Hoseok kemudian berkomentar, “Whoaa, dunia ini benar-benar sempit. Jimin adalah rekanku berlatih tari.”
Seokjin yang sedari tadi diam, akhirnya bersuara, “Bukankah mengagumkan, awalnya kita datang kesini hanya berdua atau bertiga, dan sekarang menjadi bertujuh? Hahahahaa. Apakah kalian tidak lapar setelah hampir tiga jam duduk diam hanya mendengarkan orang berbicara? Ayo kita makan sesuatu dulu sebelum pulang.”
Hoseok pun menimpali, “Ah, iyaa. Aku sangat lapar. Ada tempat yang menjual samgyeopsal  enak di sekitar sini.”
“Baiklah, ayo pergi. Aku yang traktir.”, jawab Seokjin.

Post a Comment