DECISION EP.1 : Part 6

Long Time No See

 “Seokjin, cepatlah, ayahmu sudah menunggu di mobil.”, Terdengar teriakan dari lantai 1.
“Iya bu, aku akan turun.”
Tak lama kemudian Seokjin sudah berada di dalam mobil bersama ayahnya. Ia berharap menghabiskan waktu perjalanan dalam diam, meski faktanya hal itu tidak akan pernah terjadi.
“Ayah dengar dari Kepala Sekolah, saat ulangan harian Bahasa Inggris kemarin kau hanya mendapat nilai 96. Apa kau mulai malas belajar akhir-akhir ini, merasa sudah cukup pintar? Jangan bersantai hanya karena kau masih ranking 1 di sekolah. Tidak perlu mengikuti kegiatan yang tidak penting, dan berhentilah membuang waktu bersama Namjoon di atap sekolah.”
“Maafkan aku. Aku akan belajar lebih keras lagi ke depannya. Ayah tenang saja, aku sudah tidak ikut kegiatan apapun semenjak berhenti sebagai ketua OSIS. Aku akan berhenti pergi kea tap sekolah bila memang ayah ingin demikian.”
Inilah sebabnya Seokjin lebih memilih diam daripada berbincang dengan ayahnya. Tidak ada sepatah katapun yang menyenangkan untuk didengar.
Setelah memakan satu jam perjalanan, mereka sampai di tempat yang dituju. Sebuah panti asuhan dimana ayah Seokjin menjadi salah satu donator di sana.
Sambil menunggu ayahnya berdiskusi dengan pengurus panti asuhan, Seokjin berjalan-jalan di taman. Dia ingat ada sebuah ayunan di bagian timur taman.
Ternyata ayunan itu masih ada. Warna putih yang sama, tampak bagus dan terawat. Tiba-tiba ia merasa sedikit bangga ayahnya menjadi seorang donator yang tidak sia-sia. Uang dipergunakan sebagaimana mestinya.
Ada seseorang yang duduk di ayunan itu. Tidak terlihat seperti seorang anak-anak. Mungkin sekilas ia tampak seperti seseorang yang seumuran denganSeokjin. Tanpa pikir panjang, Seokjin pun berjalan mendekati ayunan. Merasa sedikit terkejut mengetahui siapa yang duduk di sana.
“Jungkookie?”
“Seokjin hyung?”
“Uwaah, aku tidak percaya ini benar-benar dirimu. Kau tumbuh dengan sangat baik.”
Jungkook tersenyum, bergeser untuk memberi Seokjin tempat duduk. Kemudian mereka saling mengobrol.
“Aku hampir tidak mengenalimu karena kau sudah sebesar ini sekarang.”
“Kurasa kau berlebihan hyung. Kau hanya lebih tua satu tahun dariku, tapi kau bersikap seolah aku anak kecil yang dulu kau temui di masa lalu.”
“Kau memang tampak mungil dan menggemaskan dahulu. Satu-satunya yang tidak berubah darimu adalah gigi kelinci itu. Hahahaa….”
“Sudah lama sekali sejak hyung terakhir datang kemari.”
“Kau benar. Mungkin sekitar 4 tahun yang lalu. Itu pertama kalinya aku bertemu denganmu. Setelah itu aku tidak pernah ikut ayahku lagi.”
“Apakah hyung masih suka memasak?”
“Ayah melarangku masuk dapur sejak 3 tahun yang lalu. Aku tidak pernah lagi membantu ibuku memasak. Bagaimana denganmu, kau sudah menemukan apa yang ingin kau lakukan?”
“Tidak lama setelah hyung datang kesini dulu, aku menemani ibu panti untuk berbelanja. Aku melihat seorang musisi jalanan menyanyi dengan indah. Ia terlihat keren dengan gitarnya.”
“Jadi kau mulai bermain gitar sekarang?”, Seokjin melempar pandang pada gitar yang tergeletak di atas rumput.
Jungkook menjawab dengan anggukan.
“Bisakah kau mainkan sebuah lagu untukku?”
Jungkook mulai memetik senar gitar, dan bernyanyi.
sumeul keuge swieobwayo
dangsinui gaseum yangjjogi
jeorigejogeumeun apaol ttaekkaji
sumeul deo baeteobwayo
dangsinui ane nameun ge eobdago
neukkyeojil ttaekkaji
sumi beogchaollado gwaenchanhayo
amudo geudael tathajin anha
gakkeumeun silsuhaedo dwae
nugudeun geuraesseunikka
gwaenchanhdaneun mal
malppunin wirojiman
nugungaui hansum
geu mugeoun sumeul
naega eotteohge hearil suga isseulkkayo
dangsinui hansum
geu gipil ihaehal sun eobgetjiman gwaenchanhayo
naega anajulgeyo”
Jungkook berhenti bernyanyi, menoleh ke kanan untuk melihat reaksi Seokjin.
“Hyung, apakah kau menangis?”
“Aku tidak menyangka kau bisa bernyanyi sebagus ini. Kau bahkan membuatku merinding.”, Seokjin menggosok kedua lengannya sambil tertawa. Dan melanjutkan, “Aku yakin kau pasti popular dikalangan para gadis.”
“Aku bersekolah di sekolah khusus laki-laki hyung.”
“Tapi aku yakin kau mungkin mampu membuat laki-laki terpesona padamu. Hahahaa…”
“Apa kau yakin baik-baik saja hyung? Kau mulai tertawa sambil menangis.”
“Aku hanya terharu. Lagu siapa yang kau mainkan tadi?”
“Lagu Lee Hi, judulnya Breathe. Kau sama sekali tidak pernah mendengar sebelumnya.”
Seokjin hanya menggeleng.
Tiba-tiba supir Seokjin datang menghampiri.
“Tuan, ayah anda mencari.”
“Baiklah, tunggu sebentar.”
Seokjin bangkit dari duduknya hendak pergi. Tapi kemudian ia menoleh ke Jungkook.
“Apa kau membawa ponselmu?”
“Hah? Iya. Kenapa?”
“Pinjam sebentar.”
Seokjin, meraih ponsel dari tangan Jungkook, mengetik sesuatu, kemudian menyerahkan kembali pada Jungkook.
“Itu nomerku. Kau bisa menghubungi bila mungkin memerlukan sesuatu. Aku pergi dulu, sampai jumpa.”
Seokjin berjalan pergi. Bahunya yang lebar perlahan-lahan menjauh.
Jungkook menatap nomor yang ada di layar ponselnya. Menyimpannya dengan nama “Jinie Hyung”.

Post a Comment