Cypher Pt.1



Cypher

Ketika keserakahan menelanmu…
Kau menginginkan lebih…
Tapi yang kau dapatkan adalah kehilangan segalanya…
Kehilangan dirimu sendiri.

Part 1. Kim Namjoon
Leader?
Aku rasa itu tidak lebih dari sekedar label belaka.
Tentu saja para member mendengarkanku dengan sangat baik.
Tapi cara orang lain memperlakukanku, terkadang aku tidak tahan lagi.
Bagaimana mungkin mereka memperlakukan member lain dengan manis, namun mengacuhkanku.
Ketika di luar panggung, aku bukanlah siapa-siapa.
Aku tidak berharap para siswa akan menggilaiku seperti seorang idol, karena kami memang hanya sebuah grup band sekolah biasa.
Tapi kenyataan bahwa aku diabaikan sangat menggangguku.
Aku memandang sebuah kalung berliontin hitam yang tergantung di leherku.
Sekilas tidak ada yang spesial. Tapi kalung ini akan membawa perubahan dalam hidupku.
Semua bermula ketika seseorang memasuki kelas pagi itu.
Dia adalah Guru Lee Hyun.
Dia akan menjadi wali kelas sementara, selama wali kelasku cuti melahirkan.
Hari itu kelas sedang ada ujian. Tiba-tiba sebuah kertas kecil mendarat di mejaku.
Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari tahu arah datangnya kertas.
Tanpa sadar Guru Lee sudah berdiri di depanku.
“Kim Namjoon, apa kau sedang mencoba untuk berbuat curang?”
“Tapi aku tidak melakukan apapun. Kertas ini bukan milikku.”
“Lalu milik siapa?”
Aku tidak memberikan jawaban. Karena aku memang tidak tahu kertas siapa ini.
“Temui aku di ruanganku saat istirahat nanti.”
Tidak ada yang bisa kulakukan untuk membela diri.
Meminta bantuan memberku? Mungkin mereka juga tidak melihat siapa yang melempar kertas.
Aku pun pergi menemui Guru Lee di ruangannya.
Alih-alih menyuruhku duduk di depan mejanya, dia mengajakku duduk di sofa yang terletak di sudut ruangan.
“Kau ingin secangkir teh?"
Aku menggelengkan kepala, kemudian berkata terimakasih.
Bukankah dia memintaku kesini untuk memberiku hukuman? Kenapa dia justru menawariku untuk minum?
“Aku tahu kau tidak bersalah.”
Apa aku tidak salah dengar? Kalau begitu kenapa dia tetap memintaku kesini?
“Tapi bukti yang ada memang menunjukkan yang sebaliknya. Apa kau tidak lelah diperlakukan seperti ini? Diabaikan, diacuhkan, bahkan dikambinghitamkan.”
Hari ini adalah pertemuan pertama kami. Tapi dia mengatakan semua itu seolah dia tahu segalanya.
“Aku akan memberikanmu sebuah penawaran.”
“Penawaran?”
Guru Lee menyodorkan sebuah kertas.
“Ini adalah sebuah kontrak. Aku akan membantumu membuat orang-orang mengakui dan menghargai keberadaanmu. Dengan syarat, tidak ada seorangpun yang boleh tahu tentang perjanjian ini. Pelanggaran yang kau buat, akan kau bayar dengan jiwamu. Kalau kau setuju dengan penawaranku, kau bisa tuliskan namamu pada kontrak ini.”
Rasanya otakku hanya merespon pada kata-kata yang ingin kudengar saja. ‘Membuat orang-orang mengakui keberadaanku’, kalimat itu terdengar menggiurkan.
“Bagaimana caranya Guru Lee membantuku?”
Guru Lee berjalan ke mejanya, dan mengambil sesuatu dari laci. Dia memberikan sebuah kalung berliontin hitam padaku.
 “Dengan ini, kau akan mendapatkan apa yang kau mau. Tapi yang perlu kau tahu, akan ada yang dikorbankan sebagai imbalan dari apa yang kau dapat.”
“Apa itu?”
“Aku juga tidak tahu. Kalung ini yang akan memutuskan, hal berharga apa yang bisa dia ambil darimu. Kau akan tahu setelah memakainya.”
Aku berpikir tentang hal berharga apa yang kumiliki. Dan tidak menemukan satu pun. Aku rasa bukan masalah besar apapun yang akan diambil dariku.
Kuraih bolpoin yang sudah disiapkan oleh Guru Lee. Aku siap untuk menuliskan namaku di atas kontrak.
“Sekali kau memulainya, kau tidak akan bisa mundur lagi.”
Dalam hitungan detik, namaku tertera jelas dengan tinta berwarna merah dalam kontrak tersebut. 
Dan kalung itu, kini telah bertengger di leherku.

Post a Comment