DECISION EP.1 : Part 5

Hyung

Hoseok menghampiri Taehyung yang sedari tadi ia lihat memandang kosong ke luar jendela kelas.
“Hey, apa yang kau lihat di luar sana? Apakah ada yang menarik untuk dilihat?”, Hoseok menepuk punggung Taehyung, diikuti dengan menjulurkan kepalanya, mencoba mencari tahu keluar jendela.
“Tidak ada apa-apa di luar sana.”, jawab Taehyung singkat.
“Kalau begitu kenapa kau terus menatap ke sana? Apa kau berniat memecahkan kaca jendela dengan tatapan intensmu?”
“Berhenti menggodaku. Aku sedang tidak dalam mood untuk bercanda.”
“Biasanya kau sibuk dengan kameramu. Entah mengambil foto di sana-sini, atau mengelap lensanya tiada henti. Aku tidak melihatnya hari ini.”
“Aku sudah menjualnya.”
“Menjualnya? Kenapa? Kau bahkan tidak mengijinkanku meminjamnya.”
Taehyung menarik nafas panjang, sebelum menjawab pertanyaan Hoseok. Dan kemudian mulai bercerita dengan suara beratnya yang khas.
“Apa kau ingat alasanku datang bersekolah ke Seoul? Karena orang tuaku berharap aku bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari pada di desa. Berharap selanjutnya aku juga bisa masuk perguruan tinggi terkenal, dan pada akhirnya bisa menjadi karyawan salah satu perusahaan besar.”
“Iya, aku ingat, kau sudah pernah bercerita sebelumnya.”
“Setelah aku datang ke Seoul, aku mulai jatuh cinta dengan fotografi. Menghabiskan tabunganku untuk membeli kamera, untuk segala kecintaanku pada fotografi. Aku mulai terlena dan melupakan alasan utamaku datang ke sini.”
Hoseok mendengarkan sambil memperhatikan wajah Taehyung dengan seksama.
Taehyung melanjutkan ceritanya dengan pandangan yang masih ke arah luar jendela.
“Orang tuaku mengirimkan sebuah surat. Mereka mengatakan kalau kondisi keuangan di rumah sedang tidak baik untuk saat ini. Akan sedikit sulit untuk mencukupi kebutuhanku di sini selama beberapa waktu. Meski begitu mereka akan tetap berupaya aku tidak akan putus sekolah. Surat itu benar-benar sebuah tamparan keras bagiku. Dadaku terasa sesak membacanya. Aku sadar telah melakukan suatu kesalahan.”
Taehyung menoleh ke arah Hoseok, “Aku sudah mengecewakan orang tuaku. Aku seharusnya belajar dengan baik di sini. Aku seharusnya tahu diri bahwa aku bukan anak orang kaya yang bisa dengan mudah melakukan apapun yang aku suka. Orang tuaku bersusah payah membiayai sekolahku, dan aku dengan egoisnya hanya memikirkan tentang kesenanganku sendiri tentang fotografi.”
Butuh beberapa saat bagi Hoseok untuk berkomentar. Taehyung bukan seorang pemarah, tapi dia cukup sensitif, jadi Hoseok harus memikirkan dengan baik tentang apa yang akan dia katakan.
“Sebenarnya bagiku kau tidak sepenuhnya mengecewakan orang tuamu. Kau bersekolah dengan baik di sini. Kau mungkin bukan salah satu siswa berprestasi, tapi kau tidak pernah berada di bagian bawah, dan kau tidak pernah menyebabkan masalah.”
Hoseok ingin mengatakan bahwa pernyataan Taehyung tentang anak orang kaya bisa dengan mudah melakukan apa yang disuka adalah sama sekali tidak benar. Hoseok sama sekali tidak memiliki kebebasan pada kecintaannya akan tari. Uang bukanlah segalanya. Tapi dia berpikir lebih baik tidak mengatakan itu semua. Bukan hal tepat untuk berkomentar tentang uang.
Hoseok melanjutkan kalimatnya, “Jadi rencanamu untuk saat ini apa?”
“Aku rasa aku butuh kerja paruh waktu mulai dari sekarang.”
“Taehyung-ah, aku rasa aku tahu siapa yang bisa membantumu.”
“Hmm, siapa?”
“Ayo ikut aku….”
Mereka berdua berjalan menyusuri koridor, menaiki beberapa anak tangga, dan sampailah di depan sebuah ruangan.
Taehyung menatap Hoseok dengan bingung, “Kenapa membawaku ke ruang siaran radio? Apa aku bisa mendapatkan pekerjaan dari sini?”
“Aku akan mengenalkanmu pada seseorang.”
Hoseok membuka pintu, dan menyapa seseorang yang duduk di sudut ruangan.
“Yoongi hyung….”
“Kenapa kau ke sini? Hari ini bukan jadwalmu untuk siaran.”
“Aku tahu….”, Hoseok menjawab sambil tersenyum lebar, berjalan mendekati Yoongi. Taehyung masih berdiri di depan pintu.
“Hyung, aku butuh bantuanmu.”
“Kau salah tempat. Aku bukan pegawai publik yang siap menolongmu setiap saat.”
“Aku serius hyung. Bisakah kau membantu sahabatku? Bukankah kau bekerja di kafe, tolong ajak dia bekerja di sana juga. Dia benar-benar perlu sebuah pekerjaan saat ini. Ayolah hyung…”, Hoseok mulai menarik lengan Yoongi, bagaikan seorang anak kecil yang merengek meminta dibelikan permen.
Hoseok menoleh ke arah Taehyung, memberikan isyarat untuk mendekat.
“Hyung, ini teman sekelasku, Taehyung.”
“Taehyung-ah, beri salam pada Yoongi hyung. Dia akan membantumu untuk bisa dapat pekerjaan paruh waktu.”
“Benarkah?? Terimakasih banyak Yoongi sunbae.”, Taehyung membungkuk sambil tersenyum lebar hingga kau dapat melihat seluruh giginya.
“Temui aku di depan gerbang usai sekolah.”
“Baik Yoongi sunbae.”, Taehyung menjawab masih dengan senyum yang lebar.
“Kau bisa memanggilku hyung saja.”
“Baiklah Yoongi hyung. Kau adalah orang pertama yang kupanggil hyung.”
Yoongi tidak memberikan reaksi apapun atas pernyataan Taehyung barusan.
Hoseok hanya bisa tersenyum melihat sahabatnya yang kini mulai tampak ceria, tidak murung lagi.

Post a Comment