Early Spring Day
Siapa sangka
Hoseok benar-benar melakukan saran dari Yoongi, bahwa di mana pun bisa menjadi
studio tari baginya. Kini Hoseok dan teman-temannya tengah menari di sebuah
tepi jalan, yang tentunya berlokasi jauh dari area rumahnya.
Menari adalah
saat di mana ia merasa menjadi dirinya sendiri seutuhnya. Melakukannya di tepi
jalan memberikan perasaan yang berbeda. Beberapa orang berhenti untuk
menyaksikan setiap gerak tubuhnya. Sesekali orang bersorak, bertepuk tangan.
Hal itu memberi energi tersendiri bagi Hoseok.
Diantara
beberapa orang yang berkerumun menyaksikan Hoseok, ada Jimin di sana. Setelah
kejadian antara dia dan Jungkook beberapa hari lalu, ia tidak banyak
menghabiskan waktu bersama teman-temannya lagi sepulang sekolah. Kata-kata
Jungkook seperti sebuah tato yang telah diukir dalam otaknya, hingga dia tidak
berhenti memikirkannya.
Awalnya Jimin
hanya penasaran pada apa yang membuat orang-orang berkerumun di tepi jalan, dan
memutuskan untuk melihat. Ia pun terpesona begitu menyaksikan penampilan
Hoseok. Baginya Hoseok terlihat sangat keren, dan ia bisa merasakan adanya
kebebasan dalam tariannya. Sesuatu yang tidak Jimin miliki.
Ia terlalu lama
hidup sebagai orang lain. Berusaha bersikap sesuai harapan orang-orang. Merubah
dirinya menjadi karakter yang akan disukai oleh orang lain. Semua itu seolah
berjalan secara natural, hingga ia tidak sadar melakukannya. Berawal dari
keinginannya untuk membuat ibunya tidak khawatir lagi, menunjukkan bahwa ia
hidup normal sebagai Jimin yang ceria, yang sudah terlepas dari rasa trauma. Namun
pada akhirnya ia tidak hanya berbohong pada ibunya, tapi pada semua orang, dan
tentu pada dirinya sendiri. Ia benar-benar telah terjebak pada kebohongan yang
dibangunnya. Entah bagaimana Jungkook bisa melihat ke dalam dirinya, untuk
seseorang yang terhitung asing baginya. Apakah ibunya juga bisa melihat apa
yang Jungkook lihat, hanya saja berpura-pura tidak tahu. Jimin berpikir bisakah
dia menjalani hidup yang normal sebagai Park Jimin, bukan sebagai orang lain?
Hoseok mulai
merapikan speaker, dan bersiap untuk pulang. Teman-temannya pun berpamitan,
“Sampai jumpa…..!”
Hoseok membalas
dengan lambaian tangan.
Ia juga
berencana untuk segera pulang. Tetapi ada seseorang yang menarik perhatiannya.
Seseorang yang secara sadar ia tahu memperhatikannya selama ia menari.
“Apa kau akan
terus duduk disana?”
“Hah?”, Jimin
kaget ada yang mengajaknya bicara.
Mungkin karena sedari tadi ia melamun.
“Semua orang
sudah pergi. Kau tidak ingin pergi juga?”
“Aah, iyaa. Aku
akan pergi….”
“Apa kau
terlalu terpesona padaku, hingga tidak sadar orang-orang sudah menghilang?”,
Hoseok berkata sambil diiringi senyum yang menggoda.
“Jadi kau sadar
aku memperhatikanmu menari?”
“Tentu saja.
Aku pikir jantungku akan berhenti berdetak karena kau tidak berhenti menatapku.
Hahahahaa….”
“Tapi kau
memang terlihat keren. Dan sepertinya menyenangkan untuk menari. Seperti kau
bisa melepaskan semua bebanmu. Seakan tidak ada yang perlu kau khawatirkan
selama kau bisa bergerak bebas.”
“Kau tertarik
untuk menari?”
“Aku? Aku tidak
pernah menari sebelumnya. Apakah tubuhku bisa membuat gerakan semacam itu?”,
Seolah bertanya pada dirinya sendiri, Jimin memperhatikan tangan dan kakinya.
“Kau bisa
bergabung kalau mau. Kau tidak akan pernah tau bila tidak mencoba. Siapa
namamu?”
“Park Jimin.”
“Aku Jung
Hoseok.”
Hari
itu Jimin seperti mendapat harapan baru. Apakah mencoba sesuatu yang baru dapat
membantunya menjadi lebih jujur pada dirinya sendiri? Ia tidak sabar mengetahui
jawabannya.