One Step Closer
Sejak kejadian
waktu itu, Namjoon belum pernah saling bicara dengan Yoongi. Ia bahkan belum
mengucapkan terimakasih padanya.
Setiap kali
Yoongi masuk ke dalam kelas, Namjoon ingin menyapa, tapi berakhir dengan
menelan kembali kata-kata dalam mulutnya. Sesekali ia menoleh ke arah bangku
Yoongi, tapi selalu saja Yoongi membenamkan kepala dalam tanganya di atas meja.
Namjoon berpikir apakah dia harus menghampiri bangku Yoongi?
Tutor telah
selesai memberikan materi, dan menutup pelajaran untuk hari ini. Satu persatu
siswa keluar kelas, termasuk Yoongi juga dengan cepat meninggalkan kelas.
Melihat Yoongi
keluar pintu, Namjoon segera meraih ranselnya untuk menyusul Yoongi. Dia sudah
memantapkan hati bahwa dia harus berterimakasih hari ini.
“Min
Yoongi-ssi!”
Yoongi
memandang Namjoon yang sedikit terengah-engah setelah berlari mengejar Yoongi.
Setelah
nafasnya stabil, Namjoon mengulurkan tangannya. Yoongi menatapnya dengan
bingung. Karena sepersekian detik tangannya hanya menggantung di udara, ia pun
menurunkannya.
“Aku Kim
Namjoon.”, Namjoon memperkenalkan diri sambil tersenyum.
Yoongi hanya
diam. ‘Mungkin karena dia sudah tahu kalau aku tahu namanya, jadi dia merasa
tidak perlu memperkenalkan diri’, batin Namjoon dalam hati.
“Aku ingin
berterimakasih karena waktu itu kau sudah menolongku.”, Lanjut Namjoon.
“Oh…”, Yoongi
menjawab singkat dengan wajah datarnya.
“Maaf baru
mengatakannya sekarang. Sebagai ucapan terimakasih, bagaimana kalau aku
mentraktirmu kopi?”
“Aku tidak minum
kopi.”
“Kalau begitu
apa yang kau suka? Aku akan mentraktirmu.”
Mereka berdua
kini sedang duduk di salah satu mini market, sambil masing-masing menikmati
sebotol susu pisang.
Namjoon tersenyum
pada dirinya sendiri. Ia mengganggap yang dilakukan Yoongi imut karena menolak
kopi untuk sebotol susu pisang.
“Kenapa kau
senyum-senyum sendiri?”, Yoongi ternyata melihat ketika Namjoon sedang
tersenyum.
“Aah, tidak
apa-apa.”
“Sebaiknya kau
ke dokter.”
“Kenapa aku
harus pergi ke dokter?”
“Mungkin ada
yang bermasalah dengan kepalamu setelah laki-laki itu memukulmu.”
Namjoon diam.
‘Apakah Yoongi sedang mencoba membuat lelucon’, batinnya dalam hati. Hingga
kemudian dia tiba-tiba tawa Namjoon tercpecah, “Hahahahaa….”
Ia benar-benar
merasa Yoongi imut, berbeda dengan penampilannya. Dia semakin penasaran orang
seperti apa Yoongi sebenarnya.
Melihat Namjoon
masih tertawa, Yoongi mulai menatap Namjoon dengan sedikit memicingkan mata,
karena Namjoon terlihat semakin aneh di matanya.
“Maafkan aku,
tiba-tiba saja aku teringat sesuatu yang lucu.”
Namjoon
kemudian berkata, “Apa yang akan kau lakukan akhir pekan ini?”
“Tidak ada.”
“Baguslah kalau
begitu. Aku akan datang ke sebuah acara bedah buku dengan temanku, bagaimana
kalau ikut?”
“Kenapa aku
harus ikut? Dan kenapa itu menjadi sesuatu yang bagus?”
“Tentu saja
kalau kau mau ikut, akan menjadi sesuatu yang bagus. Aku tidak hanya pergi
dengan satu temanku, tapi dua. Lagipula kau bilang tidak ada yang akan kau lakukan
akhir pekan nanti.”
Yoongi tidak
merespon.
“Bagaimana
kalau kau anggap aku sedang minta tolong? Biasanya di akhir pekan aku akan
menghabiskan waktu untuk menghadiri pertemuan yang membosankan. Datang ke acara
bedah buku ini adalah caraku menghindari pertemuan tersebut. Aku pikir kalau
kau juga ikut datang di sana, akan terasa lebih menyenangkan.”
“Lihat
saja nanti..”