DECISION EP.1 : Part 10

One Step Closer

Sejak kejadian waktu itu, Namjoon belum pernah saling bicara dengan Yoongi. Ia bahkan belum mengucapkan terimakasih padanya.
Setiap kali Yoongi masuk ke dalam kelas, Namjoon ingin menyapa, tapi berakhir dengan menelan kembali kata-kata dalam mulutnya. Sesekali ia menoleh ke arah bangku Yoongi, tapi selalu saja Yoongi membenamkan kepala dalam tanganya di atas meja. Namjoon berpikir apakah dia harus menghampiri bangku Yoongi?
Tutor telah selesai memberikan materi, dan menutup pelajaran untuk hari ini. Satu persatu siswa keluar kelas, termasuk Yoongi juga dengan cepat meninggalkan kelas.
Melihat Yoongi keluar pintu, Namjoon segera meraih ranselnya untuk menyusul Yoongi. Dia sudah memantapkan hati bahwa dia harus berterimakasih hari ini.
“Min Yoongi-ssi!”
Yoongi memandang Namjoon yang sedikit terengah-engah setelah berlari mengejar Yoongi.
Setelah nafasnya stabil, Namjoon mengulurkan tangannya. Yoongi menatapnya dengan bingung. Karena sepersekian detik tangannya hanya menggantung di udara, ia pun menurunkannya.
“Aku Kim Namjoon.”, Namjoon memperkenalkan diri sambil tersenyum.
Yoongi hanya diam. ‘Mungkin karena dia sudah tahu kalau aku tahu namanya, jadi dia merasa tidak perlu memperkenalkan diri’, batin Namjoon dalam hati.
“Aku ingin berterimakasih karena waktu itu kau sudah menolongku.”, Lanjut Namjoon.
“Oh…”, Yoongi menjawab singkat dengan wajah datarnya.
“Maaf baru mengatakannya sekarang. Sebagai ucapan terimakasih, bagaimana kalau aku mentraktirmu kopi?”
“Aku tidak minum kopi.”
“Kalau begitu apa yang kau suka? Aku akan mentraktirmu.”
Mereka berdua kini sedang duduk di salah satu mini market, sambil masing-masing menikmati sebotol susu pisang.
Namjoon tersenyum pada dirinya sendiri. Ia mengganggap yang dilakukan Yoongi imut karena menolak kopi untuk sebotol susu pisang.
“Kenapa kau senyum-senyum sendiri?”, Yoongi ternyata melihat ketika Namjoon sedang tersenyum.
“Aah, tidak apa-apa.”
“Sebaiknya kau ke dokter.”
“Kenapa aku harus pergi ke dokter?”
“Mungkin ada yang bermasalah dengan kepalamu setelah laki-laki itu memukulmu.”
Namjoon diam. ‘Apakah Yoongi sedang mencoba membuat lelucon’, batinnya dalam hati. Hingga kemudian dia tiba-tiba tawa Namjoon tercpecah, “Hahahahaa….”
Ia benar-benar merasa Yoongi imut, berbeda dengan penampilannya. Dia semakin penasaran orang seperti apa Yoongi sebenarnya.
Melihat Namjoon masih tertawa, Yoongi mulai menatap Namjoon dengan sedikit memicingkan mata, karena Namjoon terlihat semakin aneh di matanya.
“Maafkan aku, tiba-tiba saja aku teringat sesuatu yang lucu.”
Namjoon kemudian berkata, “Apa yang akan kau lakukan akhir pekan ini?”
“Tidak ada.”
“Baguslah kalau begitu. Aku akan datang ke sebuah acara bedah buku dengan temanku, bagaimana kalau ikut?”
“Kenapa aku harus ikut? Dan kenapa itu menjadi sesuatu yang bagus?”
“Tentu saja kalau kau mau ikut, akan menjadi sesuatu yang bagus. Aku tidak hanya pergi dengan satu temanku, tapi dua. Lagipula kau bilang tidak ada yang akan kau lakukan akhir pekan nanti.”
Yoongi tidak merespon.
“Bagaimana kalau kau anggap aku sedang minta tolong? Biasanya di akhir pekan aku akan menghabiskan waktu untuk menghadiri pertemuan yang membosankan. Datang ke acara bedah buku ini adalah caraku menghindari pertemuan tersebut. Aku pikir kalau kau juga ikut datang di sana, akan terasa lebih menyenangkan.”
“Lihat saja nanti..”

Post a Comment