The Day We Met
Namjoon
berjalan keluar melewati gerbang sekolah sambil mengetik pesan di ponselnya.
“Hyung,
rasanya aku tidak ingin pergi ke tempat bimbingan malam ini.”
Tanpa menunggu
lama, Seokjin pun membalas.
“Bersyukurlah. Datang ke tempat
bimbingan masih lebih baik dari pada mengundang tutor untuk mengajar di rumah.”
“Kau
masih bisa bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang”
Setelah membaca
balasan dari Seokjin, Namjoon memasukkan ponselnya ke dalam saku dan melangkah
dengan malas menuju tempat bimbingan.
Mengingat saat
ini Namjoon dan Seokjin berada di kelas 3 SMA, orang tua mereka semakin keras
dalam hal belajar.
Masih dengan
rasa malas, Namjoon duduk di bangku bagian depan. Guru belum datang. Dia
merebahkan kepalanya di atas meja, menghadap bagian pintu. Saat itu dia melihat
seseorang memasuki ruang kelas. Seseorang yang belum pernah ia lihat
sebelumnya. Ada sebuah luka memar di sudut bibirnya.
Namjoon
mengangkat kepalanya, menoleh ke belakang untuk memperhatikan lebih jelas siapa
yang baru saja masuk.
Dari
seragamnya, itu bukanlah teman sekolahnya. Tampilannya juga jauh dari kesan
rapi. Membuat Namjoon berpikir, untuk apa seseorang seperti itu mau repot-repot
datang ke tempat bimbingan. Maksud Namjoon, dia terlihat seperti seseorang yang
siap memberontak, bukan seseorang yang dengan pasrah harus datang kesini tanpa
ada pilihan.
Bimbingan
selesai tepat pukul 12.00 malam. Di perjalanan pulang ia berencana membeli odeng
di pinggir jalan. Saat dia mengeluarkan uang dari sakunya, dua lelaki paruh
baya yang berjalan dari arah berlawanan menabraknya. Uang yang diambil dari
sakunya terjatuh, dan tanpa sengaja terinjak oleh salah satu laki-laki itu.
Merasa tidak
terima, Namjoon berteriak pada kedua lelaki tersebut. Tetapi dua lelaki yang
sepertinya dalam keadaan mabuk justru marah dan mulai menyerang Namjoon.
Tiba-tiba ada
seseorang datang, memukul laki-laki yang menyerang Namjoon, kemudian dengan
cepat menarik tangan Namjoon untuk lari.
Begitu merasa
sudah berada di tempat yang cukup aman, orang itu melepaskan tangan Namjoon,
memandang Namjoon dari atas ke bawah, seperti memastikan bahwa Namjoon
baik-baik saja, dan pergi tanpa berkata apa pun.
Namjoon
sadar bahwa orang yang menolongnya barusan adalah orang asing yang dilihatnya
di kelas bimbingan tadi. Seseorang yang baru ia tahu bernama Min Yoongi, dari
nametag yang sempat dibacanya sekilas.