I Can See Your Lie
Bel berbunyi,
tanda sekolah telah berakhir. Jungkook mengemas buku dan alat tulis ke dalam
tasnya. Kemudian dia mulai mengambil sapu di sudut ruangan.
Segerombolan
anak berteriak dari depan pintu kelas, “Jimin-ah, cepatlah menyusul nanti!”
“Iyaa, aku akan
selesai dengan cepat!”, Jimin menyahut dari bangkunya yang berada di baris
paling belakang.
Hari ini
Jungkook dan Jimin mendapat giliran untuk membersihkan kelas. Jungkook memulai
dengan menyapu lantai, dan Jimin memulai dengan membersihkan papan tulis.
Sudah 6 bulan
mereka menjadi teman sekelas, setelah satu tahun yang lalu Jimin pindah ke
sekolah ini. Tapi sekalipun mereka tidak pernah saling mengobrol.
Jungkook memang
lebih senang menghabiskan waktu dengan dirinya sendiri. Ia terkenal sebagai
sosok yang tidak banyak bicara dan penyendiri. Sedangkan sebaliknya, Jimin
senang bergaul dengan teman-teman di kelas, dan dikenal sebagai sosok yang
ceria. Ini adalah sebuah momen langka dimana mereka hanya berdua saja di dalam
kelas.
Di saat mereka
berdiri bersebelahan untuk membersihkan jendela, Jimin merasa canggung. Dia
mulai memikirkan bahan obrolan untuk memecah keheningan ini.
Meski ragu,
Jimin mulai membuka percakapan.
“Jungkook-ssi…”,
kata pertama yang terucap dari mulutnya. Jimin tidak tahu harus memanggil
Jungkook bagaimana.
“Yaa…”, Jungkook
menjawab sambil memandang Jimin.
Sedikit
terkejut, Jimin mulai menyusun kembali apa yang ingin dia katakan. Dia tidak
menyangka Jungkook menjawabnya dengan santai. Bahkan dia sudah bersiap apabila
tidak ada respon apapun dari Jungkook.
Yang perlu ditegaskan
kembali di sini adalah, Jungkook bukan seseorang yang tidak pernah bicara, dia
hanya tidak banyak bicara.
Jimin pun
melanjutkan, “Apa yang akan kau lakukan setelah selesai membersihkan kelas
nanti?”
“Tidak ada. Aku
hanya akan pulang.”
“Aku dan
teman-teman akan bermain game di warnet setelah ini. Apa kau ingin bergabung?”
“Tidak,
terimakasih.”
“Sebegitu
menyenangkannya kah menghabiskan waktu sendirian?”
“Yaa, aku
baik-baik saja. Khawatirkan saja dirimu sendiri.”
Keheningan
terasa semakin pekat setelah percakapan singkat tersebut. Mereka berdua hanya
fokus untuk membersihkan kelas.
Jungkook
mengambil ranselnya dan mulai melangkah keluar kelas, namun langkahnya terhenti
ketika sampai di depan pintu.
“Jungkook-ssi,
kenapa kau berupaya menarik diri orang-orang?”, Jimin melemparkan pertanyaan
secara mendadak.
Jungkook
berbalik dan menjawab, “Lalu kenapa kau berusaha begitu keras untuk diterima
oleh orang-orang?”
“Hah?”, Jimin
sama sekali tidak menduga dengan jawaban Jungkook.
“Aku tidak
pernah menarik diri dari siapa pun. Aku hanya menjadi diriku sendiri. Kenapa
penerimaan orang-orang terhadapmu menjadi hal yang sangat penting? Berhentilah
berusaha memenuhi ekspektasi orang akan dirimu. Berhenti berbohong pada dirimu
sendiri. Kau hanya akan melukai dirimu pada akhirnya.”
Jungkook
pun beranjak pergi meninggalkan Jimin yang masih diam terpaku.