Childhood Friend
Adegan berikut
bukanlah hal yang asing lagi bagi para pecinta drama. Sepasang remaja SMA yang
menghabiskan waktu berdua di atap sekolah. Tapi bila kalian berharap sesuatu
yang romantis akan terjadi setelah ini, buang jauh pemikiran itu sebelum kalian
kecewa.
Atap sekolah
tidak pernah benar-benar sepi. Tapi akan selalu ada tempat untuk mendapatkan
privasi. Seperti yang dilakukan oleh Namjoon dan Seokjin. Berbaring memandang
langit, sambil berbagi sandwich yang disiapkan ibu Seokjin tadi pagi.
“Namjoon-ah,
bagaimana pertemuanmu semalam?”, Seokjin membuka percakapan.
“Hyung, apa kau
sudah kehabisan bahan obrolan hingga menanyakan hal itu? Bagaimana mungkin
siswa No. 1 bertanya tentang hal yang sama berulang kali.”
“Otak ku hanya
mencoba mencari kemungkinan kau akan memberi jawaban berbeda kali ini, setelah
sekian malam yang kau lalui.”
“Kau tahu
dengan baik bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi. Tidak akan ada yang
berbeda meski ribuan malam aku menghadiri pertemuan itu. Aku bahkan sudah
berhenti menanyakan apa yang kau lakukan di akhir pekan sejak setahun yang
lalu, karena aku tahu kau hanya akan bersama buku-bukumu sepanjang malam.
Bisakah kau berhenti mananyakan hal yang sama mulai hari ini?”
“Barangakali
jika kau memberi jawaban berbeda kali ini, aku ada harapan bahwa suatu hari
nanti akan ada yang berbeda juga dari akhir pekanku.”
“Akhir pekan
kita hanya berlaku hingga SMP hyung….”
“Hahahaa, iya
aku masih mengingat dengan baik masa itu. Kau selalu membuatku menunggu lama
setiap kali kita akan pergi. Seakan kau punya waktu seharian untuk memilih baju
yang akan kau kenakan.”
“Dan sekarang
aku hanya butuh waktu tidak lebih dari 10 menit untuk mengadiri sebuah
pertemuan. Bukankah kau seharusnya merasa terharu bahwa aku selalu berusaha
tampil keren hanya untuk menemanimu makan sesuatu?”
“Yayayaa, aku
berterimakasih bahwa kameraku pada akhirnya penuh dengan fotomu ber-pose ini
dan itu, dibandingkan foto makanan yang kunikmati.”
“Sekarang semua
itu hanya masa lalu hyung.”
“Kau benar.
Entah hidup siapa yang kujalani sekarang. Atau lebih tepatnya aku tidak lagi
merasa hidup.”
“Hyung, kalau
kau membahas tentang hidup, mungkin kau lupa bahwa Kim Namjoon yang kau kenal
dulu sudah mati.”
“Apa kau tahu
betapa takutnya aku saat itu? Kupikir kau akan benar-benar mati.”
“Seharusnya kau
tidak menyelamatkanku dari kolam.”
“Aku tidak akan
pernah membiarkanmu pergi dengan mudah dan meinggalkanku menderita sendirian di
sini. Apa kau masih berpikir untuk bunuh diri lagi?”
“Aku mungkin
bukan siswa No. 1 seperti dirimu hyung, tapi aku tidak sebodoh itu. Apa kau
melihat ayahku berubah setelah apa yang coba aku lakukan? Keadaan justru
menjadi semakin buruk.”
“Sebenarnya
menuruti keinginan ayahmu untuk menjadi seorang pengacara bukanlah hal yang
buruk. Lagipula selera fashionmu biasa saja, kau mungkin tidak akan berhasil di
bidang itu. Hahahaa…”
“Berhenti
berkata omong kosong. Kau juga tidak berbakat memasak, hanya berbakat makan.
Mungkin tanganmu memang cocok di ruang operasi nantinya, bukan di dapur.”
Mendengar
jawaban Namjoon, Seokjin melingkarkan lengannya ke leher Namjoon, yang dibalas
Namjoon dengan gelitikan.