DECISION EP.1 : Part 2

Childhood Friend

Adegan berikut bukanlah hal yang asing lagi bagi para pecinta drama. Sepasang remaja SMA yang menghabiskan waktu berdua di atap sekolah. Tapi bila kalian berharap sesuatu yang romantis akan terjadi setelah ini, buang jauh pemikiran itu sebelum kalian kecewa.
Atap sekolah tidak pernah benar-benar sepi. Tapi akan selalu ada tempat untuk mendapatkan privasi. Seperti yang dilakukan oleh Namjoon dan Seokjin. Berbaring memandang langit, sambil berbagi sandwich yang disiapkan ibu Seokjin tadi pagi.
“Namjoon-ah, bagaimana pertemuanmu semalam?”, Seokjin membuka percakapan.
“Hyung, apa kau sudah kehabisan bahan obrolan hingga menanyakan hal itu? Bagaimana mungkin siswa No. 1 bertanya tentang hal yang sama berulang kali.”
“Otak ku hanya mencoba mencari kemungkinan kau akan memberi jawaban berbeda kali ini, setelah sekian malam yang kau lalui.”
“Kau tahu dengan baik bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi. Tidak akan ada yang berbeda meski ribuan malam aku menghadiri pertemuan itu. Aku bahkan sudah berhenti menanyakan apa yang kau lakukan di akhir pekan sejak setahun yang lalu, karena aku tahu kau hanya akan bersama buku-bukumu sepanjang malam. Bisakah kau berhenti mananyakan hal yang sama mulai hari ini?”
“Barangakali jika kau memberi jawaban berbeda kali ini, aku ada harapan bahwa suatu hari nanti akan ada yang berbeda juga dari akhir pekanku.”
“Akhir pekan kita hanya berlaku hingga SMP hyung….”
“Hahahaa, iya aku masih mengingat dengan baik masa itu. Kau selalu membuatku menunggu lama setiap kali kita akan pergi. Seakan kau punya waktu seharian untuk memilih baju yang akan kau kenakan.”
“Dan sekarang aku hanya butuh waktu tidak lebih dari 10 menit untuk mengadiri sebuah pertemuan. Bukankah kau seharusnya merasa terharu bahwa aku selalu berusaha tampil keren hanya untuk menemanimu makan sesuatu?”
“Yayayaa, aku berterimakasih bahwa kameraku pada akhirnya penuh dengan fotomu ber-pose ini dan itu, dibandingkan foto makanan yang kunikmati.”
“Sekarang semua itu hanya masa lalu hyung.”
“Kau benar. Entah hidup siapa yang kujalani sekarang. Atau lebih tepatnya aku tidak lagi merasa hidup.”
“Hyung, kalau kau membahas tentang hidup, mungkin kau lupa bahwa Kim Namjoon yang kau kenal dulu sudah mati.”
“Apa kau tahu betapa takutnya aku saat itu? Kupikir kau akan benar-benar mati.”
“Seharusnya kau tidak menyelamatkanku dari kolam.”
“Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi dengan mudah dan meinggalkanku menderita sendirian di sini. Apa kau masih berpikir untuk bunuh diri lagi?”
“Aku mungkin bukan siswa No. 1 seperti dirimu hyung, tapi aku tidak sebodoh itu. Apa kau melihat ayahku berubah setelah apa yang coba aku lakukan? Keadaan justru menjadi semakin buruk.”
“Sebenarnya menuruti keinginan ayahmu untuk menjadi seorang pengacara bukanlah hal yang buruk. Lagipula selera fashionmu biasa saja, kau mungkin tidak akan berhasil di bidang itu. Hahahaa…”
“Berhenti berkata omong kosong. Kau juga tidak berbakat memasak, hanya berbakat makan. Mungkin tanganmu memang cocok di ruang operasi nantinya, bukan di dapur.”
Mendengar jawaban Namjoon, Seokjin melingkarkan lengannya ke leher Namjoon, yang dibalas Namjoon dengan gelitikan.

Post a Comment