When I See You Again
Part 1
Pukul
10 pagi. Seluruh siswa tengah mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam
kelas. Pengecualian untuk 7 anak laki-laki berikut ini. Taehyung, Jungkook,
Yoongi, Namjoon, Jimin, Jin, dan Hoseok. Mereka malah asik bergurau di sebuah
ruangan tak terpakai yang berada di dekat lapangan sekolah. Ruangan itu dulunya
adalah sebuah galeri, tapi sudah lama tidak difungsikan, entah karena alasan
apa.
“Seokjin-ah,
bisa tolong tutup tirainya?”
“Hey
Min Yoongi! beraninya kau menyuruhku, bahkan tanpa memanggilku hyung.”
“Kapan
aku menyuruhmu? Dengan jelas aku bilang ‘tolong’, mungkin kau harus periksa
telingamu. Dan kenapa kau selalu memaksaku memanggilmu hyung, padahal kau hanya
lahir 3 bulan lebih dulu.”
Seokjin
sedang tidak ingin berdebat. Dengan enggan dia menarik tirai dan berkata, “Selamat
tidur tuan pemalas…”
Hoseok,
Jimin, dan Jungkook sedang melakukan permainan tidak jelas. Sesekali mereka
terlihat melakukan batu-gunting-kertas, saling memukul, kemudian tertawa
terbahak-bahak.
Melihat
kelakuan mereka, Taehyung berkomentar, “Dasar, anak-anak….”
Namjoon
yang sedari tadi mendengarkan lagu dari ponselnya menyahut, “Bukankah kau
biasanya bagian dari mereka? Kenapa akhir-akhir ini kau kelihatan bersikap
lebih tenang?”
“Mungkin
dia sedang berusaha menjaga imej-nya.”, jawab Seokjin.
“Seorang
Kim Taehyung, menjaga imej? Demi apa? Semua orang tahu dia hiperaktif. Hahahaa.”,
Namjoon segera menghentikan tawanya saat Taehyung memberi tatapan tajam.
“Namjoon-ah,
seseorang bisa berubah saat dia jatuh cinta. Benar kan Taehyung?”
“Uuuuw,
jadi Taehyung kita sedang jatuh cinta. Dengan siapa?”
“Kau
tahu Cho Ahra? Dia berada satu kelas denganku.”
“Hyung,
berhenti menggodaku.”, rengek Taehyung yang mulai kehilangan sikap cool-nya.
“Apa
kalian tidak akan kembali ke kelas?”, lanjut Taehyung yang ditujukan pada semua
orang dalam ruangan.
“Maksudmu
meninggalkan semua kesenangan disini dan mengikuti pelajaran yang membosankan?
Aku rasa ruangan ini sudah terlalu posesif padaku, dia tidak akan mengijinkanku
pergi.”, Hoseok menjawab berlebihan
dengan menempelkan tubuhnya pada dinding.
“Bagaimana
kalau wali kelas mencari dan menemukan kita di sini?”, Taehyung membagi
kecemasannya.
“Tidak
akan”, sahut Yoongi.
Masih
dengan mata terpejam dan tubuh terbaring di atas jajaran kursi, Yoongi
melanjutkan, “Tidak akan ada masalah dengan satu atau dua orang menghilang dari
kelas. Kecuali kita berada di kelas yang sama dan menyebabkan 7 bangku kosong
dalam satu kelas.”
Dan
begitulah. Pada hari itu mereka resmi membolos.
Part 2
“Kapan
Pak Tua ini akan selesai berbicara?”
Jimin
yang duduk di sebelah, menendang kaki Taehyung. “Hey, pelankan suaramu. Kau
akan berakhir menghabiskan jam istirahatmu di ruang BK selama seminggu kedepan
kalau sampai dia dengar.”
*Bel istirahat berbunyi*
“Aah,
akhirnya berakhir sudah penderitaanku. Jimin-ah, ayo kita ke kantin sekarang.
Cacing-cacing di perutku sudah meronta minta makan.”
“Kamu
bisa pergi duluan. Aku mau ke toilet. Pencernaanku bekerja terlalu lancar
akhir-akhir ini.”
Taehyung
berencana pergi ke kelas Jungkook untuk mengajaknya ke kantin bersama.
Ketika
dia melewati kelas Seokjin, dia melihat
Seokjin dan Ahra sedang mengobrol berdua di dekat loker. Ahra terlihat
mengeluarkan sebuah surat dari balik punggungnya, dan memberikannya pada
Seokjin.
Taehyung
tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Ia tidak lagi merasa lapar. Dia tidak
menyangka menu makan siangnya hari ini adalah sebuah pengkhianatan. Dia pun berbalik
arah dan kembali ke kelasnya.
Jimin yang kembali dari toilet nampak heran mendapati sahabatnya masih duduk di bangku.
“Bukankah
kamu bilang lapar? Kenapa masih di sini?”
“Aku
sudah kenyang.”, Taehyung menjawab dengan singkat.
“Apa
kau sungguh lapar dan langsung menuangkan seluruh isi nampan ke dalam mulutmu?
Aku baru saja kembali dari toilet, mana mungkin kamu makan secepat ini.
Hahahaaa.”
Taehyung
tidak menanggapi gurauan Jimin. Pikirannya hanya terfokus pada apa yang tadi
dia lihat.
Melihat
Taehyung yang tanpa reaksi, Jimin sadar ada yang tidak beres.
“Taehyung-ah,
apa kau baik-baik saja? Apa terjadi sesuatu saat aku ke toilet?”
“Tidak
ada apa-apa. Aku sungguh sudah kenyang. Seseorang sudah memberiku makan siang
gratis. Sesuatu yang bisa kau telan dengan cepat meski akan cukup sulit untuk
dicerna.”
Sesungguhnya
Jimin masih tidak paham. Tapi dia memutuskan untuk berhenti bertanya. Terkadang
Taehyung memang suka berbicara dengan bahasa yang sulit dimengerti.
Part 3
Keesokan
harinya, sepulang sekolah mereka bertujuh berkumpul di ruang galeri untuk
membahas rencana akhir pekan.
“Apa
yang akan kita lakukan akhir pekan ini?”. Jungkook selalu bersemangat kalau
soal menghabiskan akhir pekan bersama.
“Mendaki?”,
Namjoon mencoba memberi usulan.
“Terlalu
melelahkan.”, Yoongi dengan kilat melakukan penolakan.
“Pantai?”
“Yaaa
Park Jimin, apa kau ingin bermain voli pantai dengan mengenakan mantel
hangatmu? Sekarang sedang musim dingin.”, Seokijn menanggapi usulan Jimin.
“Bagaimana
kalau kita ke taman hiburan saja? Ada banyak pilihan wahana bermain.”
“Mendengarnya
saja aku sudah mual Jungkook-ah.”. Hoseok ingat terakhir kali mereka naik
Viking di taman hiburan, ia muntah-muntah dan jatuh sakit.
“Taehyung-ah,
bagaimana menurutmu? Apa kau punya ide?”. Namjoon mengamati Taehyung yang
sedari tadi tidak berkata apapun.
Taehyung
masih diam. Namun kemudian dia berkata, “Seokjin hyung….”
“Kenapa?
Apa kau ingin aku yang memutuskan?”
“Apa
hyung tidak ingin menceritakan sesuatu pada kami?”
Semua
menatap bingung pada Taehyung. Tidak tahu kemana pembicaraan ini akan mengarah.
“Aku?
Cerita tentang apa? Aku sedang tidak ada lelucon untuk kuceritakan.”
“Hyung,
berhentilah berpura-pura sebagai orang bodoh.”, ucap Taehyung setengah
berteriak sambil berdiri dari tempat duduknya.
“Taehyung-ah,
ada apa denganmu?”. Hoseok memegang pundak Taehyung, mengajaknya untuk duduk
kembali, tapi Taehyung menghempas tangan Hoseok.
“Aku
melihatmu bersama Ahra noona kemarin siang.”
“Lalu?
Apa yang harus kuceritakan? Dia teman sekelasku. Aku mungkin bisa bersamanya
hampir seharian.”
“Baiklah
kalau hyung trus bersikap begini. Aku yang akan cerita. Aku melihatmu menerima
surat dari Ahra noona. Apa kau akan bilang kalau hal itu wajar terjadi antar
teman sekelas?”
“Jadi
kau tahu tentang surat yang diberikan Ahra padaku?”
“Ya,
aku melihat semuanya dengan jelas kemarin.”
“Karena
kau menyinggung tentang surat itu., aku ingin minta maaf dulu sebelumnya.”
“Jadi
hyung merasa bersalah sekarang? Apa hyung akan tetap diam jika aku tidak
mengatakan apapun? Aku tidak menyangka hyung akan menikamku dari belakang.
Dibelakangku hyung mendekati Ahra noona meskipun tahu aku menyukainya.”
“Taehyung-ah,
bukan seperti itu yang terjadi.”
“Sudahlah
hyung. Aku tidak ingin mendengar apa-apa lagi. Sudah cukup kebohongan yang
kuterima. Dengan bodohnya aku menceritakan semua hal padamu. Dan dengan bodoh
pula aku bahagia atas segala dukungan yang kau beri. Yang ternyata itu semua
palsu.”
“Taehyung-ah,
dengarkan dulu penjelasan Kim Seokjin. Aku rasa ini semua hanya salah paham.”,
Yoongi berusaha untuk menengahi.
“Yoongi
hyung benar. Ini pasti salah paham. Seokjin hyung tidak mungkin mengkhianatimu.”
“Jimin-ah,
aku mungkin bisa berpikir ini sebuah kesalahpahaman bila aku mendengar cerita
dari orang lain, tapi aku melihat semua dengan mata kepalaku sendiri.”
“Tapi
setidaknya dengarkan dulu penjelasan Seokjin hyung.”. Jimin masih berusaha
menenangkan Taehyung.
Taehyung
menyeringai, kemudian berkata, “Sepertinya semua memihak pada Seokjin hyung.
Bahkan kau juga Jimin-ah. Silahkan kalau kalian berpikir Seokjin hyung adalah
kakak tertua yang sempurna dengan hati malaikat. Tapi bagiku tidak lagi.”
Taehyung
pergi meninggalkan ruangan.
Tidak
ada lagi euphoria menyambut akhir pekan.
“Hyung,
sebenarnya apa yang terjadi?”, Namjoon meminta penjelasan dari Seokjin. Dia
masih tidak memahami drama apa yang sedang terjadi saat ini.
“Maaf.
Aku tidak bisa menceritakan segalanya. Aku sudah janji pada Ahra. Tapi aku
berani bersumpah diantara aku dan Ahra tidak ada hubungan apa-apa. Dan aku juga
tidak memiliki perasaan apapun padanya.”
(to be continued...)